Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Nasib Amerika Serikat Kini, Hidup dalam Ketakutan, China dan Rusia Dianggap Ancaman

AS kini hidup dalam satu ketakutan ke ketakutan yang lain. Mereka khawatir China dan Rusia menggerogoti posisi di Dunia

Editor: Budi Rahmat
unsplash @fredography
Ilustrasi reaktor Nuklir 

Surat kabar, yang sering dilihat sebagai corong tanpa filter dari Beijing, itu menyerukan peningkatan persenjataan diperlukan untuk "mencegah potensi tindakan militer impulsif oleh penghasut perang AS".

Sementara itu China sibuk membangun "setidaknya 250 silo rudal jarak jauh" di tiga lokasi, yang memicu kekhawatiran bahwa perlombaan senjata nuklir baru sedang berlangsung.

Baca juga: Amerika Serikat Langgar Perjanjian dengan Taliban, Ketahuan Kerahkan Drone Awasi Situasi Afghanistan

Ladang silo rudal China ketiga di daerah terpencil di Mongolia Dalam dilaporkan telah difoto oleh satelit Badan Antariksa Eropa, saat Beijing meluncurkan ekspansi nuklir terbesarnya.

Asosiasi Kontrol Senjata mengatakan pembangunan nuklir Beijing yang cepat dapat secara signifikan memengaruhi Tinjauan Postur Nuklir pemerintahan Presiden Joe Biden, di mana ia memutuskan berapa banyak nuklir yang dibutuhkannya.

Letnan Jenderal Angkatan Udara AS Thomas Buseyre, wakil komandan Komando Strategis AS, memperingatkan China akan menyusul Rusia sebagai ancaman nuklir utama AS.

"Akan ada titik, titik persimpangan, di mana jumlah ancaman yang ditimbulkan oleh China akan melebihi jumlah ancaman yang saat ini dihadirkan Rusia," ujarnya dalam forum online, melansir The Sun pada Rabu (6/10/2021).

China mengecam Inggris dan AS karena "memperburuk perlombaan senjata" setelah negara-negara tersebut mengumumkan pakta keamanan bersejarah untuk membangun kapal selam nuklir untuk Australia, AUKUS.

Juru bicara kedutaan besar rezim komunis di Washington DC Liu Pengyu menuduh negara-negara itu mengadopsi "mentalitas Perang Dingin", seperti perang nuklir yang mengerikan antara AS dan Uni Soviet di abad ke-20.

Pemimpin ketiga negara itu meluncurkan aliansi yang dijuluki AUKUS dalam apa yang dilihat sebagai langkah untuk melawan kekuatan China yang meningkat.

Baca juga: Siap-siap, Korut Punya Pemimpin yang Baru, Tak Kalah Kejam kepada Amerika Serikat

Ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah yang disengketakan, seperti Laut Cina Selatan dan Taiwan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan perjanjian itu "sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional dan mengintensifkan perlombaan senjata".

"Ekspor teknologi kapal selam nuklir yang sangat sensitif oleh AS dan Inggris ke Australia sekali lagi membuktikan bahwa mereka menggunakan ekspor nuklir sebagai alat permainan geopolitik dan mengadopsi standar ganda, yang sangat tidak bertanggung jawab," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa kesepakatan itu memberi negara-negara kawasan "alasan untuk mempertanyakan ketulusan Australia, dalam mematuhi komitmen non-proliferasi nuklirnya".

(Tribunpekanbaru.com)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved