Begini Cara Kerja Lie Detector Yang Buat Dekan Fisip UNRI Jadi Tersangka Pelecehan Mahasiswi

Dekan Fisip UNRI Syafri Harto ditetapkan jadi tersangka setelah diperiksa menggunakan lie Detector atau pendeteksi kebohongan.

SCIENCE PHOTO LIBRARY
Cara kerja lie detector 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Dekan Fisip Unri ditetapkan sebagai tersangka setelah ia diperiksa penyidik menggunakan Lie Detector atau pendeteksi kebohongan.

Ia menjadi tersangka atas kasus pelecehan seksual terhadap seorang mahasiswi yang sedang menjalani bimbingan skripsi.

Dekan bernama Syafri Harto dilaporkan oleh L (21), mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional (HI).

"Setelah melalui proses gelar perkara, SH (Syafri Harto, red) ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tindak pidana dugaan perbuatan cabul," kata Kabid Humas Polda Riau, Kombes Pol Sunarto dalam keterangannya, Kamis (18/11/2021) pagi.

Sebelumnya, Sunarto mengungkapkan, terlapor akan diperiksa menggunakan alat lie detector, atau pendeteksi kebohongan dan dibantu tim Laboratorium Forensik (Labfor) dari Mabes Polri.

Penggunaan alat ini dalam pemeriksaan, adalah untuk mengetahui apakah terlapor dalam memberikan keterangan, sesuai dengan kebenaran atau tidak.

Lantas, bagaimana cara kerja lie detector atau pendeteksi kebohongan ini?

Dilansir dari BBC, alat pendeteksi kebohongan itu bernama poligraf.

Alat itu bertugas merekam sejumlah respons tubuh yang berbeda yang kemudian dapat digunakan untuk menentukan apakah seseorang mengatakan yang sebenarnya.

Mereka biasanya mengukur hal-hal seperti tekanan darah, perubahan pernapasan seseorang, dan keringat di telapak tangan.

"Poligraf, seperti teknik pendeteksi kebohongan lainnya, mengukur efek tidak langsung dari kebohongan," kata Dr Sophie van der Zee, yang memiliki keahlian dalam psikologi forensik dan telah meneliti penipuan selama bertahun-tahun.

Poligraf tidak mengukur penipuan atau kebohongan secara langsung, melainkan tanda-tanda kemungkinan bahwa seseorang bisa menipu pewawancara.

Informasi ini kemudian digunakan bersama dengan semua hal lain yang diketahui tentang orang tersebut untuk membentuk gambaran yang lebih jelas tentang apakah mereka jujur ​​atau tidak.

Agar alat itu mampu bekerja sesuai harapan, diperlukan kecerdikan penyidik saat mewancarai tersangka.

"Ada wawancara pra-tes yang cukup panjang yang berlangsung sekitar satu jam," kata Prof Don Grubin, yang telah melatih pemeriksa poligraf di Inggris.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved