Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

8 Santri Sudah Melahirkan, Modus Oknum Guru Ponpes yang Paksa Santi Berhubungan Badan, Dibongkar

Sudah delapan santri yang melahirkan. Ternyata beginilah modus oknum guru ponpes yang paksa santrinya berhubungan badan. Semuanya terbongkar

Editor: Budi Rahmat
pixabay
ILustrasi gadis trauma 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Pantas saja guru pondok pesantren ini mudah saja menjalankan aksi bejatnya menyetubuhi santrinya.

Ternyata bikin aturan ketat. santri yang pulang tak boleh lebih dari lima hari.

Pelaku sibuk menelpon agar santri balik ke ppndok.

Ternyata itu sudah diatur pelaku agar kejahatannya tidak terbongkar.

Baca juga: Pencabulan Anak Kembali Terjadi di Padang: Kali Ini Oknum Guru Ngaji Beraksi, 3 Anak Jadi Korban

Dengan begitu, korban juga tidak punya kesempatan untuk membicarakan apapun dengan orangtunya

Parahnya, kini ada delapan santri yang sduah melahirkan ulah dari aksi bejat guru tersebut.

Mereka yang jadi korban rta-rata berusia 13 sampai 15 tahun.

Kini semua korban jalani pendampingan psikologis.

Termasuk dengan kenyataan informasi ini akan tersebar di media massa.

AN (34) salah satu keluarga korban yang berasal dari Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut mengungkapkan modus bejat pelaku.

Ia menuturkan pihak keluarga tidak pernah mengetahui korban tengah dalam masalah lantaran setiap kali korban pulang ke rumah tidak pernah berkomunikasi karena korban tertutup.

Pelaku pun kerap memaksa korban untuk segera kembali ke pondok pesantren jika sedang pulang ke rumah.

"Anak enggak pernah lama di rumah, lebih dari tiga atau lima hari si pelaku Herry langsung nelpon, dia nyuruh kembali ke pondok," ujarnya saat diwawancarai Tribunjabar.id, Kamis (9/12/2021).

Baca juga: Dua Gadis Diduga Jadi Korban Pelecehan Guru Ngaji, Istri Pelaku Ancam Balik Keluarga Korban

Pelaku diketahui tinggal seorang diri di dalam pesantren tersebut, sementara pengajar lainnya tinggal di rumah masing-masing.

AN menjelaskan pihak keluarga pun pernah bertanya-tanya dengan aturan ketat yang diberlakukan pesantren milik pelaku.

"Kenapa sih kok ketat banget, tapi ya saat itu tidak berburuk sangka, ketat mungkin aturan yang udah diberlakukan oleh pihak pesantren," ucapnya.

Menurutnya keluarga memilih pesantren tersebut lantaran menawarkan pendidikan gratis.

Tawaran pendidikan gratis tersebut tanpa pikir panjang dipilih lantaran keluarga korban tidak cukup mampu untuk menyekolahkan anaknya.

"Sekolahnya gratis itu, kami pilih pesantren tersebut karena ekonomi kami menengah ke bawah," ungkap AN.

Delapan Santi Telah Melahirkan

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut menangani korban rudakpaksa oleh gurunya sendiri di pesantren yang ada di Kota Bandung.

Ketua P2TP2A Kabupaten Garut, Diah Kurniasari mengatakan, 8 dari 11 santriwati yang menjadi korban rudakpaksa tersebut seluruhnya telah melahirkan.

"Selama enam bulan ini semuanya sudah lahir, tadi saya lihat di TV masih disebutkan dua korban masih hamil. Tidak, sekarang semua sudah melahirkan," ujarnya saat menggelar jumpa pers di Kantor P2TP2A Kabupaten Garut, Kamis (9/12/2021) malam.

Ia menuturkan saat ini seluruh bayi tersebut sudah dibawa oleh orangtua korban.

Sementara korban saat ini masih menjalani trauma healing di rumah aman P2TP2A.

"Bayinya semuanya sudah ada di ibu korban masing-masing," ucapnya.

Baca juga: 2 Gadis Ini Pasrah Pakaiannya Dilucuti Guru Ngaji Lalu Dinodai, Pamannya Curiga Dihipnotis

Trauma healing yang dilakukan P2TP2A tidak hanya dilakukan kepada korban rudakpaksa namun juga diberikan kepada orangtua korban.

Diah menjelaskan sejak awal pihaknya sudah mempersiapkan korban untuk siap jika suatu saat masalah mereka terkuak ke publik.

"Kondisi korban saat ini insya Allah sudah lebih kuat, kami sudah jauh-jauh hari mempersiapkan mereka selama ini untuk siap mengahadapi media," ucapnya.

Korban masih terikat persaudaraan dengan korban lainnya karena sebelumnya saling ajak untuk bersekolah di pesantren tersebut rata-rata umur korban berusia 13 hingga 15 tahun.

Perilaku bejat Herry Wirawan pertama kali diketahui oleh keluarga korban yang melihat anaknya tengah mengandung.

Kemudian keluarga korban melaporkan hal tersebut ke kepala desa lalu melaporkan ke Polda Jabar.

"Ini kebongkarnya oleh seorang ibu yang anaknya di sana, yang melihat ada perubahan dalam tubuh anaknya lalu melaporkan ke kepala desa," ucap Diah.

(Tribunpekanbaru.com)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved