Perang Rusia vs Ukraina
Rusia ke AS dan NATO : Jika Ingin Selesaikan Krisis, Jangan Pasok Senjata ke Ukraina, Ini Dampaknya
Rusia kembali ingatkan AS dan NATO agar tidak pasok senjata ke Ukraina. Lebih baik cari cara selesaikan solusi kriris
China telah menghindari mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan membela persahabatan yang kuat dengan Moskow, dengan media pemerintah sering menggemakan garis perang Rusia.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada wartawan Polandia bahwa kemungkinan pembicaraan "tinggi" untuk mengakhiri konflik bisa berakhir tanpa kesepakatan apapun.
"Risiko bahwa pembicaraan akan berakhir tinggi karena apa yang mereka (Rusia) tinggalkan di belakang mereka, kesan bahwa mereka memiliki pedoman tentang pembunuhan orang," kantor berita Interfax mengutip Zelenskyy kepada wartawan Polandia.
Sanksi Barat
Barat telah memberlakukan sanksi luas yang sebagian besar memotong sektor keuangan Rusia dari ekonomi global. Ratusan perusahaan multinasional juga telah keluar dari Rusia setelah perang yang merupakan pukulan bagi ekonominya.
Negara-negara Eropa telah berjanji untuk mengurangi ketergantungan pada gas Rusia untuk menghilangkan pendapatan Moskow.
Baca juga: Cebong Trending di Twitter, Cebong Kalahkan Dajjal, Jokowi Damaikan Rusia vs Ukraina
Baca juga: Putin Meradang, NATO Nyatakan Siap Perang Bertahun-tahun Sama Ukraina Lawan Rusia
Dalam wawancaranya dengan Xinhua, Lavrov mengatakan bahwa Rusia dapat "memperlengkapi kembali" ekonominya untuk menjaga dari potensi "permusuhan yang melanggar hukum".
Dia menambahkan bahwa negara yang terkena sanksi akan fokus untuk menjauh dari dolar AS dan mengurangi impor, sambil meningkatkan kemandirian teknologinya, Xinhua melaporkan.
Moskow telah menerapkan kebijakan "de-dolarisasi" selama beberapa tahun, meminta mitra seperti China dan India untuk melakukan pembayaran dalam mata uang lain.
Sementara itu, jaksa Ukraina mengatakan mereka telah menunjuk lebih dari 8.000 kejahatan perang dan sedang menyelidiki 10 tentara Rusia atas dugaan kekejaman di Bucha, di mana puluhan mayat dengan pakaian sipil ditemukan setelah mundurnya Moskow.
Moskow membantah klaim tersebut.(*)
(Tribunpekanbaru.com)
