Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Munculnya Desa Penyihir di Ghana, Diisi Para Wanita Tua yang Menunggu Ajal

Ghana memiliki budaya yang melibatkan penyihir yang kembali ratusan tahun dan sering melihat korban digulingkan dan bahkan diserang.

Istimewa
Wanita di desa Penyihir ditinggalkan sampai mati 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Perempuan yang dituduh sebagai penyihir harus hidup terusir dari komunitasnya dan dibiarkan mati di pengasingannya.

Ghana memiliki budaya yang melibatkan penyihir yang kembali ratusan tahun dan sering melihat korban digulingkan dan bahkan diserang.

Orang-orang yang selamat dari tuduhan sering berkumpul di 'Kamp Penyihir'.

Berbicara kepada Newsweek, Michele Eken, seorang peneliti Amnesty International Afrika Barat mengatakan bahwa desa penyihir awalnya adalah kamp untuk mereka yang selamat dipaksa untuk melarikan diri; entah mereka pergi ke sana setelah tuduhan karena mereka takut akan nyawa mereka atau mereka diusir.

Ada ratusan dari mereka hidup di desa itu.

Michele menjelaskan bagaimana orang biasa bisa terjerumus dicap sebagai penyihir atau dukun santet, seringkali bukan karena kesalahan mereka sendiri.

"Isunya terus-menerus karena kepercayaan lokal. Wanita tua paling mungkin dituduh santet. Dimulai dengan tuduhan sederhana, terkadang dari seseorang yang dekat dengan mereka.

"Bisa jadi karena ada yang meninggal di desa dan dituduh bertanggung jawab. Atau, tragisnya, tuduhan itu bisa datang dari seseorang yang memiliki hutang untuk membayar dan tidak mau membayarnya kembali atau seseorang yang menginginkan rumah atau barangnya." katanya seperti dilansir dari Daily Star.

Kekerasan terhadap mereka yang dicap sebagai penyihir juga umum terjadi.

Michele mengatakan beberapa dari mereka sering dipukuli sampai mati.

Tetapi bahkan jika para korban selamat dari kemarahan komunitas mereka, masalah mereka tidak berakhir di situ.

Kehidupan di kamp penyihir itu sulit.

Berbicara kepada Newsweek, seorang juru kampanye melawan budaya penyihir, Leo Igwe, menjelaskan bahwa kamp-kamp itu memiliki listrikl dan fasiltas yang memadai.

"Tidak ada listrik dan perumahan yang memadai. Tidak ada program kesejahteraan bagi orang lanjut usia dan tidak berpenghasilan.

"Banyak yang ada di sana adalah wanita tua; mereka tidak bisa bekerja. Mereka tinggal sendirian di gubuk dan tempat penampungan sementara.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved