Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Perang Ukraina vs Rusia

Sejumlah Drone Ukraina Berhasil Dicegah Rusia di Kota Dzhankoy di Krimea

Rusia berhasil mencegah serangan pesawat tak berawak atau drone milik Ukraina di kota Dzhankoy di Krimea pada Senin (20/3/2023) malam.

Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Ilham Yafiz
AFP
Ilustrasi. Sejumlah Drone Ukraina Berhasil Dicegah Rusia di Kota Dzhankoy di Krimea 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Rusia berhasil mencegah serangan pesawat tak berawak atau drone milik Ukraina di kota Dzhankoy di Krimea pada Senin (20/3/2023) malam.

Bukan satu, tetapi beberapa srone yang berhasil dijatuhkan.

Puing-puing dari UAV yang hancur merusak sebuah rumah dan toko di daerah tersebut, tulis pemimpin Republik Krimea, Sergey Aksyonov, di Telegram pada hari Senin seperti dilansir Rusia Today.

"Satu orang terluka dalam insiden itu," tambahnya.

Korban adalah seorang pria berusia 33 tahun yang menderita luka pecahan peluru.

Dia dirawat di rumah sakit, dan nyawanya saat ini tidak dalam bahaya, kata kepala pemerintahan Dzhankoy, Igor IvIn, kepada media lokal.

“Semua drone ditujukan untuk sasaran sipil, tidak ada fasilitas militer di dekatnya,” tulis ajudan Aksyonov, Oleg Kryuchkov, di Telegram Selasa pagi.

Salah satu UAV dihancurkan di atas sebuah perguruan tinggi teknik, jatuh ke tanah antara gedung akademik dan asrama.
"Sisanya ditembak jatuh di daerah pemukiman," katanya, tanpa merinci berapa banyak drone yang terbang.

"Selain bahan peledak, masing-masing berisi pecahan peluru," tambah ajudan itu.

Kryuchkov juga membagikan foto puing-puing dari pesawat yang jatuh di halaman Telegramnya, yang menunjukkan bahwa drone tersebut memiliki stiker meme internet 'trollface'.

Dia menyebutnya "jenis sinisme khusus" untuk menghiasi UAV yang menargetkan warga sipil sedemikian rupa.

Serangan yang digagalkan itu terjadi hanya beberapa hari setelah Krimea merayakan ulang tahun kesembilan penyatuan kembali dengan Rusia sebagai hasil dari referendum, sebuah langkah yang didukung oleh mayoritas penduduk lokal.
Semenanjung secara resmi menjadi bagian dari Rusia pada 18 Maret 2014, tak lama setelah kudeta kekerasan di Kiev.

Pejabat Ukraina biasanya menyangkal atau menolak untuk mengkonfirmasi keterlibatan dalam serangan di dalam wilayah Rusia, tetapi mengatakan bahwa mereka menganggap situs di Krimea sebagai target yang sah.

Bulan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland mengatakan Moskow telah mengubah Krimea menjadi pangkalan militer dengan pos komando, depot logistik, dan lapangan udara di tengah konfliknya dengan Kiev.

"Ukraina tidak akan aman kecuali Krimea minimal didemiliterisasi," tegas Nuland, menambahkan bahwa Washington mendukung upaya Ukraina untuk mencapai target di semenanjung.

Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang sekarang menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan nasional, memperingatkan pada Februari bahwa setiap serangan di dalam Krimea akan “dibalas dengan pembalasan yang tak terelakkan dengan menggunakan senjata apa pun.”

( Tribunpekanbaru.com )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved