Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berita Kepulauan Meranti

Telan Dana Rp 40 Miliar, Sentra IKM Sagu di Kepulauan Meranti Berhenti Beroperasi, Ini Sebabnya

UPT Sentra IKM (Industri Kecil dan Menengah) Sagu milik Pemkab Kepulauan Meranti berhenti beroperasi

Penulis: Teddy Tarigan | Editor: Nurul Qomariah
Istimewa
Pengolahan tepung sagu di Sentra IKM Satu, Sungai Tohor, Kepulauan Meranti saat ini berhenti beroperasi beroperasi. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, KEPULAUAN MERANTI - UPT Sentra IKM (Industri Kecil dan Menengah) Sagu milik Pemkab Kepulauan Meranti yang terletak di Desa Sungai Tohor, Kecamatan Tebingtinggi Timur berhenti beroperasi.

Pembangunan Sentra IKM Sagu itu dilaksanakan secara bertahap dimulai pada tahun 2017, 2018 dan 2019 dengan total biaya Rp 40 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Industri Kecil dan Menengah.

IKM Sagu itu diresmikan pemakaiannya pada tahun 2021 yang lalu.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kepulauan Meranti, Marwan mengatakan penghentian dilakukan sementara hingga menunggu ada investor baru yang akan mengelola.

"Untuk saat ini UPT Sentra IKM berhenti beroperasi untuk sementara waktu setelah beberapa waktu lalu ada pihak ketiga yang menjadi pengelolanya. Saat ini kita berencana mencari investor baru sambil menunggu penghitungan dari tim appraisal," kata Marwan, Minggu (28/1/2024).

Dikatakannya lagi, pada awalnya sentra itu akan dikelola BUMD PT Bumi Meranti bekerjasama dengan BUMDes dan pelaku usaha sagu setempat.

Dijelaskan, dengan beroperasionalnya sentra IKM Sagu diperlukan pasokan bahan baku berupa sagu basah terutama dari kilang - kilang sagu masyarakat yang ada di sekitar sentra IKM sagu.

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan para pelaku usaha kilang-kilang sagu yang ada di sekitar sentra.

Untuk memasok bahan baku ke sentra pada saat dilakukan kajian penyusunan pola pengembangan sentra IKM sagu terpadu oleh Kementerian Perindustrian RI Direktorat Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) pada tahun 2017.

"Awal dibangunnya Sentra IKM Sagu ini dikelola oleh BUMD, namun saat Sentra siap beroperasi BUMD nya malah mati suri," ujarnya.

"Setelah berapa lama pengelola kilang Sagu di sekitar membentuk koperasi untuk mengelola Sentra IKM dimana bahan bakunya dari kilang yang mereka kelola sendiri, namun belakangan mereka malah menjualnya ke pengepul untuk dibawa ke Malaysia," kata Marwan lagi.

Disebutkan, adanya persaingan yang tidak sehat oleh pengepul sehingga terjadinya perang harga yang menyebabkan harga tepung sagu basah menjadi tinggi.

Hal itu berakibat kepada UPT Sentra IKM Sagu milik pemerintah daerah tidak mampu membeli sehingga kekurangan pasokan bahan baku.

Adapun kebutuhan bahan baku sagu basah untuk oprasional sentra IKM sagu terpadu sekitar 600 ton per bulan,.

Namun terkadang hanya mendapatkan sagu basah sekitar 140 ton perbulan dari kilang-kilang sagu di sekitar sentra karena banyak diekspor ke Malaysia oleh tengkulak.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved