Lapor Pak Prabowo, Food Estate Tak Akan Gagal Jika Tanam Pohon Kehidupan ini
Dengan sejumlah keunggulan pohon sagu atau rumbian ini, tidak salahnya proyek Food Estate memasukan tanaman sagu dalam program pengembangan lumbung pa
Penulis: M Iqbal | Editor: Guruh Budi Wibowo
TRIBUNPEKANBARU.COM - Proyek Food Estate atau lumbung pangan di Indonesia disebut-sebut sebagai protek gagal oleh sejumlah pihak.
Banyak penyebab proyek Food Estate dianggap gagal, mulai dari tak memperhitungkan kondisi dan budaya lokal setempat hingga kondisi lahan tak mendukung jenis tanaman pangan yang ditanam.
Untuk diketahui, Indonesia telah memiliki sumber pangan tradisional sebelum masuknya padi yang menjadi makanan pokok masyarakat Nusantara.
Makanan pokok asli Indonesia sebelum padi adalah sagu atau rumbia.
Tanaman sagu tumbuh dengan baik di tanah kering dan basah tergantung pada varietas.
Meski tumbuh subur di lahan gambut, sagu juga mampu tumbuh dengan subur di pinggiran pantai.
Pohon ini pun tahan dengan berbagai kondisi cuaca ekstrem di Indonesia.
Dengan berbagai keunggulannya, seharusnya sagu menjadi pilihan bagi Food Estate.
• Makan Mie Sagu Terbanyak se Indonesia di Riau Pecahkan Rekor MURI, Begini Respon Gubri Syamsuar
Dari segi kalori tiap 100 gram sagu menghasilkan 355 kkal kalori.
Kandungan kalori dalam sagu lebih tinggi jika dibandingkan dengan nasi yang hanya menghasilkan 129 kkal kalori dalam 100 gramnya.
Sagu juga mengandung karbohidrat yang cukup tinggi jika dibandingkan nasi.
Tanaman yang dijuluki pohon kehidupan ini terdapat 94 gram karbohidrat.
Sedangkan nasi hanya mengandung 27,9 gram karbohidrat.
Diperlukan waktu sekitar 3,5 tahun sebelum pohon sagu mulai membentuk pati, pada umur 8-12 tahun pohon sagu mencapai tingkat kematangan optimum (sebelum berbunga), waktu ini juga merupakan waktu yang tepat untuk panen.
Batang sagu biasanya mengandung 10 persen-25% pati kering.
Satu pohon sagu dapat menghasilkan tepung sagu kering mencapai 300 kilogram.
Budidaya pohon sagu juga terbilang cukup mudah, sagu hanya ditanam satu kali.
• Kuliner Khas Melayu di Pekanbaru, Lempeng Sagu hingga Sempolet Ada di Sini
Perbanyakan tanaman sagu secara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bibit berupa anakan yang melekat pada pangkal batang induknya yang disebut dangkel.
Perkembangbiakan jenis ini seperti halnya budidaya pisang yang memanfaatkan anakan pohon pisang yang tumbuh tak jauh dari pohon induknya.
Selain memanfaatkan dengkel atau anakan, perkembangan sagu juga dapat melalui biji.
Untuk diketahui pati sagu dapat diolah menjadi berbagai macam jenis olahan makanan.
Mulai dari kerupuk, bolu, cendol, mie hingga beras sintetis.
Saat ini hanya Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau saja yang serius menjadikan tanaman sagu sebagai sumber pangan.
Luas kebun sagu di kabupaten di Riau ini hampir mencapai 44 ribu hektar lebih dengan produksi mencapai 440.309 ton/tahun.
Ribuan penduduk di Kabupaten Kepulauan Meranti bergantung pada industri dan perkebunan sagu.
Sebab itu, tak heran jika Kabupaten Kepulauab Meranti dijuluki dengan kota sagu.
Dengan sejumlah keunggulan pohon sagu atau rumbian ini, tidak salahnya proyek Food Estate memasukan tanaman sagu dalam program pengembangan lumbung pangan nasional masa depan.
(Tribunpekanbaru.com)
| Penetapan Nomor Induk PPPK Kepulauan Meranti Hampir Rampung |
|
|---|
| PT ITA Perkuat Sinergi Kebencanaan, Hadiri Apel Siaga Hidrometeorologi di Meranti |
|
|---|
| Nama-nama Hasil Seleksi Terbuka Jabatan di Lingkungan Pemkab Meranti Menunggu Persetujuan BKN |
|
|---|
| 17.098 Warga di Wilayah Terpencil Meranti Diusulkan Jadi Penerima Program Makan Bergizi Gratis |
|
|---|
| Terjatuh ke Laut Saat Perbaiki Gumbang, Nelayan di Meranti Ditemukan Meninggal |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.