Berita Regional

Siapa Kompol Yogi? Polisi yang Diduga Aniaya Anak Buah, Hasil Forensik Brigadir Nurhadi Tak Wajar

Siapa Kompol I Made Yogi Purusa Utama yang dijadikan tersangka kasus kematian Brigadir Nurhadi? Hasil forensik juga telah diungkap oleh Dokter.

Editor: Muhammad Ridho
Istimewa
Kompol Yogi saat meninggalkan jabatan Kasat Narkoba Polresta Mataram pada 1 November 2024 karena dimutasi sebagai Kasubbid Paminal Propam Polda NTB. Yogi lulus seleksi Sespimen pada tahun 2024. ( 

Kasus kematian Nurhadi terkuak ketika tim penyidik melakukan ekhsumasi atau pembongkaran makam Nurhadi untuk otopsi.

Langkah ini dilanjutkan dengan olah TKP di Privat Vila Tekek di Gili Trawangan, tepatnya di The Beach House Resort Hotel, tempat korban menginap bersama atasannya, Kompol YG dan Ipda AC.

Adapun dua atasan Nurhadi itu terbukti melakukan pelanggaran etik dan disanksi pemberhentian dengan tidak hormat (PDTH).

Sebelumnya, Dokter forensik Universitas Negeri Mataram mengungkapkan hasil ekshumasi jenazah Brigadir Muhammad Nurhadi.

Dokter Arfi Syamsun menjelaskan bahwa pemeriksaan jenazah mengungkapkan sejumlah luka di permukaan tubuh yang tergolong sebagai luka antemortem, yaitu luka yang terjadi menjelang kematian korban.

"Bentuknya banyak ada luka lecet, luka gerus, luka memar, luka robek. Distribusinya ada di kepala, tengkuk, punggung, dan kaki, terutama di kaki bagian kiri," ungkap Arfi dalam keterangan pers di Polda NTB, Jumat (4/7/2025). 

Pemeriksaan lebih lanjut menemukan adanya resapan darah di bagian depan dan belakang kepala korban.

Menurut teori yang ada, luka tersebut terjadi ketika kepala korban bergerak dan membentur benda yang diam.

"Pada pemeriksaan lehernya ditemukan adanya fraktur atau patah tulang pada tulang lidah. Jika tulang lidah mengalami patah, maka 80 persen penyebabnya adalah pencekikan atau penekanan pada area leher," tambah Arfi.

Selain itu, pemeriksaan pada paru-paru korban menunjukkan adanya rangka ganggang yang identik dengan ganggang di air kolam.

Rangka ganggang juga ditemukan di sumsum tulang, otak, paru-paru, dan ginjal.

"Kami simpulkan bahwa Bapak Nurhadi masih hidup ketika masuk ke dalam air," ujar Arfi.

Ia juga menyatakan bahwa Nurhadi mengalami pingsan saat berada di dalam air dan meninggal karena tenggelam.

"Namun tentunya, apa yang membuat orang tidak sadar atau pingsan ketika berada di air, maka kecurigaan saya adalah pada pencekikan tersebut," kata Arfi. 

Menurut Arfi, kejadian-kejadian tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved