Karhutla di Dumai

Mulai dari Auman Hewan Buas Hingga Dikejar Api, Ini Cerita Dewo Sang Penakluk Karhutla

Seirang personel BPBD Dumai yang selalu ada di garis depan dalam penanggulangan Karhutla menceritakan suka dukanya.

Penulis: Donny Kusuma Putra | Editor: Theo Rizky
Tribunpekanbaru.com/Donny Kusuma Putra
BPBD - Dewo Syaputra petugas Badan Penanggulangan bencana daerah (BPBD) Kota Dumai menceritakan pengalamannya dalam penanganan Karhutla 

TRIBUNPEKANBARU.COM, DUMAI - Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kota Dumai, masih terjadi hingga hari Minggu (20/7/2025), bahkan Karhutla telah melahap 14,5 hektare semak belukar dan kebun sawit di tiga kelurahan di Kota Dumai

Tiga titik Karhutla tersebut yakni di Kelurahan Bagan Keladi, Kecamatan Dumai Barat sekitar 4 Ha, Kelurahan Purnama 10 Ha dan di kelurahan Mekar Sari 0,5 Ha.

Jika melihat ke belakang, selama 2025 ini saja di Kota Dumai, sudah puluhan hektare hutan dan lahan yang terbakar. 

Untuk memadamkan Karhutla tidaklah mudah bahkan para petugas yang bekerja untuk memadamkan kobaran api Karhutla harus bertaruh dengan nyawa. 

Ya demi memadamkan api di tengah hutan atau lahan perkebunan sering kali para petugas harus mengabaikan kondisi diri agar api bisa cepat padam sehingga tak menimbulkan masalah ditengah masyarakat. 

Tak hanya itu saja, dalam proses penanggulangan Karhutla ‎tak jarang para petugas Satgas darat menemukan berbagai hewan liar dan melata, yang bisa saja merenggut nyawa para garda terdepan penanggulangan Karhutla. 

Baca juga: Karhutla Meluas, Helikopter Water Bombing dari Sumsel Digeser ke Riau

Seperti yang diungkapkan oleh Dewo Syaputra petugas Badan Penanggulangan bencana daerah (BPBD) Kota Dumai yang selalu ada di garis depan dalam penanggulangan Karhutla di Kota Dumai

Nama Dewo sudah pasti dikenal dikalangan para Satgas Darat yang selalu bertungkus lumus dalam memadamkan Karhutla di Kota Dumai

Saat ditemui Tribunpekanbaru.com, di kawasan Karhutla Purnama, Dewo menceritakan pengalamannya selama menanggulangi Karhutla di Kota Dumai

Dirinya mengaku bahwa hal yang pertama dibenaknya ketika Karhutla muncul yakni bagaimana api bisa segera padam dan jangan sampai mendekati pemukiman. 

Kemudian, Tambahnya Karhutla yang terjadi di Dumai sering sekali berada di kawasan hutan atau semak belukar di lahan gambut yang sudah tentu menuju ke titik api sangat lah sulit, harus dibuat jalur untuk menuju kesana dan yang paling penting yakni menentukan sumber air. 

Baca juga: Saat Karhutla Meluas, Helikopter Water Bombing Andalan Riau Malah Rusak

Dikatakannya, rata rata Karhutla di Dumai berada di tanah gambut, yang mana tanah gambut ini perlu waktu serta tenaga yang ektra untuk melakukan pemadaman, bahkan berangkat pagi pulang pada malam hari. 

"Kalau Karhutla sudah timbul, kita selalu pulang malam karena setelah api padam wajib di lakukan pendinginan di lokasi agar api tak kembali muncul jika terkena angin kencang," katanya, Minggu (20/7/2025)

Diceritakannya, saat proses pendinginan dan pemadaman di kawasan Karhutla menjelang malam suara suara hewan liar itu mulai terdengar bahkan tapak hewan buas  harimau ‎pernah dijumpainya. 

"Kalau sudah magrib atau malam itu sering dengar suara suara atau auman hewan liar, kadang dengar auman harimau, beruang dan berbagai suara yang mengerikan, ya seakan akan menyuruh kami untuk istirahat lah udah malam nih," ucapnya. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved