Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Ketika Air Laut Merampas Kebun Kelapa Warga Kuala Selat, Masa Depan Pun Terkoyak

Untuk menuju Kuala Selat dari Pekanbaru, jalur darat dan air, dari Pekanbaru, naik mobil sampai ke Tembilahan, dengan jarak tempuh 9 sampai 11 jam.

Penulis: pitos punjadi | Editor: Nolpitos Hendri
Tribunpekanbaru.com/Nolpitos Hendri
KEBUN KELAPA : Ketika Air Laut Merampas Kebun Kelapa Warga Kuala Selat, Masa Depan Pun Terkoyak. Foto: Hamparan 1.800 kebun kepala di Kuala Selat yang kini kelapanya sudah mati akibat terendam air laut karena abrasi dan jebolnya tanggul karena sudah tidak ada lagi mangrove yang menghalangi air laut di tepi pantai. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, KUALA SELAT - Di ufuk timur, mentari pagi menyembul malu, menyinari hamparan batang kelapa yang meranggas. Bukan lagi hijau daun yang menari ditiup angin, melainkan sunyi senyap yang mencengkam.

Inilah Kuala Selat, desa di pesisir Riau yang tengah berduka.

Air laut telah merampas kebun, dan masa depan pun terkoyak.

Baca juga: Pengertian dan Arti Kata Komunitas-Rehabilitasi-Edukasi-Konservasi-Mangrove-Aktivis-Gerakan KBBI

Desa Kuala Desa, Kecamatan Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Desa Kuala Selat berada di pantai timur Sumatera berhadapan dengan Selat Berhala.

Desa Kuala Selat adalah desa yang bertetangga dengan kampung Gubernur Riau, Abdul Wahid yakni Kuala Simbar.

Untuk menuju Kuala Selat dari Pekanbaru, kita harus menggunakan kendaraan darat dan kendaraan laut serta udara.

Jalur darat dan air, dari Pekanbaru, naik mobil sampai ke Tembilahan, dengan jarak tempuh 9 sampai 11 jam.

Dari Tembilahan, naik kapal laut menuju Kuala Selat menemupuh Laut China Selatan dan Selat Berhala di Kuala Selat dengan jarak tempuh 4 sampai 5 jam.

Dulu, desa ini adalah oase kehidupan. 1.800 hektar kebun kelapa menghidupi lebih dari 400 kepala keluarga.

Hamparan pohon kelapa menghijau dan daunnya memanjakan mata saat melambai ketika diterpa angin, buahnya menjadi sumber rezeki yang melimpah.

Cukup untuk makan, cukup untuk sekolah, bahkan cukup untuk berbagi.

"Sebagaimana disaksikan, dulunya adalah kebun kelapa, kini semuanya sudah mati," lirih Nurjaya, Kades Kuala Selat, suaranya bergetar menahan pilu.

"Dulu, masyarakat hidup berkecukupan dan biasa memberi zakat, kini menjadi penerima zakat."

Petaka itu datang pada awal tahun 2021. Tanggul penahan ombak jebol, dan air laut mulai merangsek masuk ke kebun kelapa.

Awalnya hanya sedikit, namun lama kelamaan semakin ganas.

Dalam waktu dua tahun, seluruh kelapa di kebun kelapa mati, terendam air asin yang mematikan.

"Sejak saat itu, secara bertahap, air laut masuk ke kebun kelapa, dan dalam waktu dua tahun hingga tahun 2022, sebanyak 1.800 hektar kebun kelapa, kelapanya mati," jelas Nurjaya.

Poryanto, Ketua KTH Selat Berseri, merasakan betul dampak dari musibah ini.

"Saya punya lahan kelapa di kawasan yang sudah mati ini, ada 8 hektar atau tiga bidang. Hasil panen, kalau dulu satu bidang bisa menghasilkan Rp 15 juta satu bidang, kalau 3 bidang bisa dapat Rp 45 juta dalam satu kali panen," kenangnya.

Hilangnya kebun kelapa bukan hanya soal kehilangan materi.

Lebih dari itu, adalah hilangnya harapan, hilangnya mimpi, dan hilangnya masa depan.

Anak-anak terpaksa putus sekolah, keluarga retak, dan kehidupan sosial pun ikut terpengaruh.

"Dampaknya, sangat parah, mulai dari anak yang sekolah putus sekolah, hingga putus kuliah," ujar Nurjaya.

"Akibatnya, ada warga yang anaknya putus sekolah, ada yang putus kuliah hingga ada masalah keluarga serta perceraian," timpal Ardianto, Ketua Kelompok Tani Hutan Hijau Berseri.

Nur Aisyah, seorang warga Kuala Selat, merasakan betul pahitnya kehidupan setelah kebun kelapa hilang.

"Saat kebun kelapa masih ada, hasil panen kelapa cukup untuk biaya hidup sehari-hari dan untuk sekolah. Sekarang, saat harga kelapa naik, kebun kelapa sudah tidak ada," ujarnya.

Di tengah keputusasaan, secercah harapan muncul.

M4CR hadir dengan program rehabilitasi mangrove, memberikan kesempatan bagi warga untuk kembali menata kehidupan.

"Kami, pada tahun 2021, kenal dengan kawan-kawan dari BRGM, dan sekarang Kementerian Kehutanan, kami sepakat bersama warga untuk memberikan kebun kelapa yang terendam air laut itu sebanyak 420 hektar untuk ditanami mangrove," kata Nurjaya.

Penanaman mangrove ini bukan hanya sekadar upaya untuk memulihkan lingkungan, tetapi juga memberikan penghasilan bagi warga.

"Untuk penanaman kembali mangrove di lahan sekitar 420 hektar, ada 7 pokmas yang terlibat, mulai dari pembibitan hingga upah penanaman dan pemeliharaan," jelas Nurjaya.

R. Nurizawati, Ketua KTH Mekar Bersama, berharap agar mangrove dapat kembali menjadi benteng pertahanan dari abrasi.

"Harapan, solusi untuk mengatasi abrasi, batu pemecah ombak, pengolahan kerupuk, ikan asin, namun di sini kurangnya permodalan," ujarnya.

Selain mangrove, warga Kuala Selat juga mulai mengembangkan budidaya madu kelulut sebagai alternatif penghasilan.

"Sejak tidak ada lagi kebun kelapa, kami diberdayakan untuk budidaya madu kelulut. Hasil dari madu kelulut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Husni Tamrin, Ketua KUPS Madu Kelulut Sejahtera.

Namun, semua itu belum cukup untuk mengembalikan kejayaan Kuala Selat seperti dulu.

Luka akibat hilangnya kebun kelapa masih terlalu dalam, dan butuh waktu serta kerja keras untuk menyembuhkannya.

"Kami sebagai desa tentangga Pak Gubernur Riau juga mohon perhatian, karena kondisi perekonomian masyarakat turun drastis akibat hilangnya kebun kelapa ini," harap Poryanto.

Di tengah keterbatasan, semangat untuk bangkit terus menyala.

Warga Kuala Selat tidak ingin menyerah pada keadaan.

Mereka percaya, dengan kerja keras, gotong royong, dan dukungan dari berbagai pihak, Kuala Selat akan kembali bersinar.

Di balik hamparan batang kelapa yang meranggas, tersimpan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Harapan yang akan terus dipupuk, dirawat, dan diperjuangkan, hingga Kuala Selat kembali menjadi oase kehidupan di pesisir Riau.

( Tribunpekanbaru.com / Nolpitos Hendri )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved