Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Usulan Pahlawan Nasional 2025

Kisah Mahmud Marzuki, Singa Podium dari Kampar Riau yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Mahmud Marzuki pejuang di Kampar Riau yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.

|
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: M Iqbal
Istimewa
Kibarkan bendera merah putih yang dijahit sang istri, Mahmud Marzuki kemudian bergerilya mengusir penjajah. Kini menjadi calon pahlawan nasional dari Kampar, Riau. 

Ringkasan Berita:
  • Kemensos mengusulkan 40 nama untuk diberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
  • Satu diantara 40 nama itu adalah Mahmud Marzuki tokoh pendidikan dan pejuang yang berasal dari Kampar, Riau.
  • Mahmud memimpin perlawanan untuk mengusir penjajah dan mengibarkan bendera Merah Putih dengan masif.

 

TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - Kementerian Sosial (Kemensos) telah mengusulkan 40 nama untuk diberikan gelar pahlawan nasional kepada Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK).

Satu diantaranya adalah Mahmud Marzuki yang berasal dari Kampar, Riau.

Kisah tentang Mahmud Marzuki pernah dibukukan.

Hal ini dikemukakan oleh seorang sejarawan dan budayawan Kampar, A. Latif Hasyim yang juga Tim Peneliti, Pengkaji Peneliti, Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Kampar kepada Tribunpekanbaru.com, Senin (11/11/2024).


Buku yang disusun pada 2017-2018 itu, berjudul "Riwayat Perjuangan Mahmud Marzuki: dari Singa Podium ke Penjara Kolonial Hingga Gugur (1938-1946)".


Dalam biografi yang diterima Tribunpekanbaru.com dari salah seorang TP2GD, Latif Hasyim, Mahmud Marzuki merupakan Tokoh Pahlawan atau Pejuang dari Riau. 


Sosok kelahiran Kumantan, Bangkinang tahun 1911 ini wafat pada 5 Agustus 1946. Beliau dimakamkan di depan Perguruan Mualimin, Desa Kumantan Kecamatan Bangkinang Kota.

 

Mahmud merupakan putra dari ayahnya, Pakih Rajo dan ibunya, Hainah. Ia memperistri Soleha binti Lakin dan Maimunah binti Yusuf.


Beliau memiliki tujuh anak. Terdiri dari Nazar kelahiran 1936, Salma (1939), Wisal (1946), Samsimar (1946), Mukhlis (1941), Nasrun (1943), dan Fauziah (1947).

 

Mahmud merupakan Pimpinan Pasukan Hizbullah dan Harimau Kampar pada masa perjuangan kemerdekaan. Ia juga pernah menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia (KNIP) Daerah Kampar, Sumatera Tengah. 


"Beliau mempunyai keinginan belajar yang sangat besar dan perhatian di bidang pendidikan," kata Latif.


Ia mengenyam pendidikan formal dan nonformal. Ia pernah menempuh pendidikan formal di Nazmia Arabic College Lahore India, Mualimin Tawalib Bangkinang, dan Sekolah Rakyat (SR) Bangkinang.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved