Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Terjerat Judi Online

Sudah Habis Puluhan Juta Gara-gara Judol, Warga di Bengkalis Ini Harus Cicil Utang Setiap Hari

S, warga Bengkalis mengaku sudah habis puluhan juta rupiah untuk top up di situs Judol. Sekarang terpaksa nyicil utang.

Penulis: Muhammad Natsir | Editor: M Iqbal
Kolase Tribunnews/net
JUDI ONLINE - Warga di Bengkalis terpaksa menyicil utang setiap hari gara-gara judi online atau judol. 
Ringkasan Berita:
  • Judi Online marak di Bengkalis yang sudah merambah ke berbagai kalangan masayrakat.
  • Warga di Bengkalis ini mengaku sudah habis puluhan juta untuk main judi online.
  • Tergiur keuntungan, malah terpaksa harus menyicil utang setiap hari.

 

TRIBUNPEKANBARU.COM, BENGKALIS - Permainan judi online (Judol) tengah marak sejak beberapa tahun terakhir. Hampir semua kalangan terlibat memainkan Judol melalui handphone meraka masing masing.

Permainan yang menjanjikan keuntungan sementara ini juga banyak peminatnya di Bengkalis.

S (37) satu warga Bengkalis yang pernah bermain Judol beberapa tahun terakhir. 

Bahkan ia mengaku sudah habis puluhan juta rupiah untuk topup di situs Judol.

Dijelaskannya, Ia terjerat game ini pada tahun 2021 lalu. Berawal dari game online yang dulu bisa didownload melalui PlayStore handphone secara resmi.

"Awalnya kawan kenalkan game ini. Polanya pakai koin atau chip. Bisa di top up sendiri, baik secara offline di kedai-kedai ataupun langsung melalui aplikasi," jelasnya.

Koin yang di kumpulkan bisa dijual kembali. Penjualannya dilakukan secara offline dan ada kedai tertentu yang menyediakan. Kalau tak salah S mengatakan setiap 1 B token bisa dijual Rp 50 ribu rupiah.

"Kalikan saja kelipatannya bisa untung ratusan ribu hingga jutaan kalau kita menang banyak di game ini," ceritanya.

Namun beberapa tahun kemudian, karena game ini terindikasi judi dan beberapa penjualan koin atau chipnya secara offline mulai dilarang, pihaknya sulit mendapatkan koin secara offline.

"Barulah beberapa teman mengenalkan game judi online lainnya. Kali ini tidak melalui aplikasi, langsung melalui website," terangnya.

Sistemnya juga menggunakan uang dengan cara di top up melalui rekening ke penyedia website. Bisa melalui transfer langsung bank atau aplikasi e-wallet.

"Yang aman pakai e-wallet, buat akun yang bukan nama kita sebenarnya jadi transaksi sedikit aman. Kalau menang juga tranfernya melalui e-wallet ini," terangnya.

Secara permainan hampir mirip dengan yang pernah dimainkannya sebelumnya. Awal bermain dirinya merasa tergiur dengan modal Rp 500 ribu bisa untung jutaan.

"Kalau dikasi menang kita ketagihan main lagi. Lama-lama sering kalah juga," terangnya.

S mengakui sudah habis puluhan juta untuk bermain Judol ini.

"Kalau dihitung udah banyak habis duit untuk top up saja puluhan juta malah," jelasnya.

Dirinya mengakui sebenarnya kemenangan bermain Judol ini tidak seimbang dengan kekalahan. Hanya saja dirinya sering terlena begitu menang terasa banyak duit.

"Bagaimana tidak kita menang puluhan juga dengan modal top up sejuta dua juta rupiah. Tapi duitnya habis juga ujung ujungnya," terangnya.

Menurut dia, sekali menang biasanya tidak ditarik semua. Tetapi disisakan untuk bermain lagi, sebagian yang ditarik beli barang barang.

"Beli handphone baru, dan lainnya. Tapi biasanya kalau sudah kalah lagi, barang yang sudah kami beli jual lagi uangnya untuk modal di putar lagi," ceritanya.

Terjerat Utang di Koperasi

Akibat Judol ini pihaknya bahkan kini masih terjerat utang di koperasi, yang harus di bayar harian. "Kalau tak ada modal, ngutang dulu, di sini ada koperasi namanya yang bayarnya perhari cicilan kecil," terangnya.

Sekali minjam bisa sekitar satu juta bahkan lebih, tergantung kepercayaan pengelola koperasinya. Secara cicilan memang terasa murah karena pembayaran setiap hari, tapi diitung itung secara menyeluruh besar juga bunganya.

"Kalau pas menang besar bisa langsung kita tutup utangnya. Tapi nanti habis modal pinjam lagi, begitu terus," ceritanya.

S mengaku saat ini tidak lagi bermain Judol, meskipun kadang sempat tergiur untuk kembali main. "Kalau sudah pernah main, dan mendaftarkan pakai nomor handphone ada saja nanti WA yang masuk menawarkan link gacor, kalau tak kuat kuat bisa topup lagi," ungkapnya sambil tersenyum.


Pihaknya mengaku saat ini masih ada cicilan utang di koperasi yang harus di bayarkan setiap harinya. Perhari yang harus dicicil Rp 60 ribu per harinya, dengan jangka tersisa sekitar setahun lebih.(Tribunpekanbaru.com/Muhammad Natsir)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved