Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Makan Batambuah dengan Belut Lado Hijau

“Kalau lauknya belut lado hijau, abang makannya batambuah. saya dulunya anti sama belut sekarang ikutan suka juga makan belut lado hijau," katanya.

Penulis: | Editor:
zoom-inlihat foto Makan Batambuah dengan Belut Lado Hijau
Internet
ILUSTRASI

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Mendengar kata belut, sebagian orang merasa geli bahkan tidak mau menyantapnya sama sekali menjadi suatu makanan sebenarnya enak. Namun, sebagian orang malah suka dengan menu olahan belut ini.

Ya, belut merupakan hewan yang memiliki zat gizi tinggi dan baik untuk kesehatan jika dikonsumsi.

Tetapi meskipun memiliki gizi tinggi, banyak masyarakat yang enggan memakan belut karena hidupnya dilumpur dan penampakannya yang licin panjang menyerupai ular.

“Owh kalau belut tidaklah, geli kayak ular. Tak sanggup makannya, walaupun sudah dipotong-potong dan diberi sambal tetapi tetap terbayang masih hidupnya,” kata Yulinar.

Namun, tidak bagi Deddy, warga Pekanbaru kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat ini,  mengaku senang mengonsumsi belut.

Alasannya, belut memiliki gizi tinggi baik untuk kesehatan. Di antaranya sumber protein tinggi, penambah darah, mampu memperkuat tulang dan banyak lagi manfaat lainnya.

“Tidak hanya makan enak saja tetapi kita juga dapat manfaat untuk kesehatan tubuh kita,” ujar pria yang bekerja di salah satu perusahaan BUMN di Pekanbaru ini.

Biasanya, lanjut Deddy ia paling suka belut dimasak lado hijau. Diakuinya kalau makan di rumah makan Padang ia selalu memesan belut lado hijau tersebut.

Namun, kini semenjak menikah sekitar satu tahun yang lalu sudah ada istrinya yang memasakkan untuknya termasuk belut lado hijau tersebut.

Tika, istri Deddy, kepada Tribun mengakui sebelumnya belum pernah memasak belut. Bahkan diakui Tika jangankan memasak, melihat belut saja ia sudah geli.

“Dulu sangat geli dengan belut, bahkan tidak terbayang sama sekali untuk memakannya apalagi memasaknya sendiri. Tapi ternyata nasib berkata lain dapat suami suka makan belut, ya kita sebagai seorang istri harus belajar juga menyenangi apa yang suami senang,” kata Tika.

Meskipun begitu, lanjut Tika ketika membeli belut di pasar, ia sudah langsung minta sama penjualnya dipotong-potong langsung.

Sehingga di rumah ia tinggal membersihkannya saja. Yang paling menantang dalam membersihkan belut ini adalah lendirnya yang banyak. Perlu sampai beberapa kali membersihkannya dari lendir.

“Sampai rasa-rasanya berkurang lendirnya baru dikasi cuka atau jeruk nipis, kemudian dibumbui pakai jahe, bawang putih dan garam yang digiling halus, dibiarkan sejenak sampai bumbu meresap baru digoreng,” jelas Tika.

Untuk sambalnya, Tika mengaku menggiling sendiri cabe dan bawangnya bukan diblender. Karena rasanya lebih enak dan menggilingnya juga kasar.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved