Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Citizens Journalism

Pendidikan Sampah: Pekanbaru Butuh Sang Pelopor

Guru-guru di Jepang berperan aktif mengembangkan dan melatih siswa untuk pengelolaan sampah.

Editor: Afrizal
istimewa
Isra Khasyyatillah 

Sampah Pekanbaru bukan hanya tanggung jawab pemerintah kota tetapi juga tanggungjawab masyarakatnya.

Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang seharusnya terhujam dalam benak-benak setiap masyarakat.

Sudahkah kita peduli terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal kita?

Belajar Dari Ide Pengolahan Sampah di Jepang

Jepang adalah salah satu negara di dunia yang berhasil mengolah sampah menjadi berbagai barang yang berguna.

Menurut recyclinginternational.com, pada tahun 2010 jepang mengungguli US dan UK dalam mendaur ulang sampah plastik dengan persentase 77%, sementara US dan UK masing-masing 20% dan 36% saja.

Data ini cukup membuktikan kemampuan Jepang untuk mendaur ulang sampah sehingga mencegah kerusakan lingkungan.

Guru-guru di Jepang berperan aktif mengembangkan dan melatih siswa untuk pengelolaan sampah.

Tahun 2015 silam, Jepang dihantam badai topan Pam yang hebat, menariknya, peristiwa ini dimanfaatkan guru untuk melatih siswanya dalam pengelolaan limbah.

Dalam program pengolahan limbah ini anak-anak juga disarankan untuk memberi tahu orang tua mereka agar tidak membakar sampah atau mencampur sampahnya tapi memilahnya, dan membuat kompos untuk digunakan saat menanam benih dan tanaman tradisional lokal di rumah.

Terinsprasi dari sebuah tulisan ‘’Is Teaching Children to Recycle a Waste of Time?’’ oleh Dawn Wynne, contoh aktivitas yang dapat dilakukan adalah isi sebuah toples dengan air dan masukkan berbagai macam barang antara lain kerupuk, bungkusan permen, kayu kecil, tutup botol plastik, kertas, atau barang lainnya.

Biarkan toples dalam kondisi tertutup.

Anak dapat mengamati dan merekam dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan apa yang terjadi didalam toples.

Plastik di dalam toples akan terpecah sehingga ukuran terkecil, tetapi plastik tidak pernah benar-benar terurai dengan sempurna.

Anak perlu mengetahui bahwa plastik membutuhkan masa ratusan tahun untuk terurai tapi tidak lenyap seutuhnya.

Hal-hal kecil seperti menggunakan pensil daripada pena, atau gunakan pena isi ulang.

Ini akan membantu siswa lebih peka dalam menjaga lingkungan.

Berikan alasan yang dapat mereka terima, pensil terbuat dari bahan yang dapat di daur ulang seperti kayu sedangkan pena terbuat dari bahan plastik dan kimia.

Ajarkan mereka agar terbiasa melakukan reuse and recycle sebanyak mungkin seperti menggunakan kembali toples untuk aquarium, reuse botol plastik menjadi kotak pensil, membuat kerajianan dari kotak susu dan bungkus permen, membuat buku catatan kecil dari kertas bekas.

Sebisa mungkin menghindari penggunakan plastik dengan membawa tas belanja, botol minuman, tempat makanan sendiri.

Guru adalah pelopor terciptanya generasi unggul sebuah bangsa, gunakan kecanggihan teknologi, informasi dan komunikasi untuk terus mengasah kemampuan diri.

Belajar tidak harus melalui Pendidikan formal tapi banyak cara lain untuk terus meningkatkan kualitas diri.

Learn to teach and teach to learn.(*)

Sumber : http://dkp.pekanbaru.go.id/?page_id=74

http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/laporan

https://www.huffingtonpost.com/dawn-wynne/is-teaching-children-to-recycle-a-waste-of-time_b_3902194.html

https://www.forgerecycling.co.uk/blog/japan-waste-litter/

http://dailypost.vu/news/primary-school-students-learn-about-waste-management/article_dbafa83d-b679-596b-976e-2bff1530cab1.html

S. E. Hasan. 2004. Public Awareness Is Key to Successful Waste Management. Journal of Environmental Science And Health Part A Toxic/Hazardous Substances & Environmental Engineering A39(2) : 483–492.

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Tabola Bale dan Arah Pembangunan

 

Aspirasi Rakyat di Era Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved