Sharenting, Jangan Sampai Berdampak Buruk Pada Mental Anak
Bukan cuma orang biasa, banyak pesohor seperti artis dalam dan luar negeri senang memamerkan foto dan video buah hatinya di dunia maya.
Demikian juga ketika foto-foto tersebut menjadi objek ‘penculikan digital,’ dimana foto dan informasi mengenai anak diambil orang lain dan diklaim sebagai anak sendiri.
Sedangkan bagi pedofil informasi yang diperolehnya dipakai untuk menjerat korban.
Dr Jillian Roberts, psikolog dan associate professor of educational psychology di University of Victoria juga mengingatkan risiko mengunggah informasi pribadi anak.
“Anda bisa memposting sesuatu, tapi jika teman-teman dan keluarga memilih untuk membagikannya, ini sudah dalam jaringan mereka. Dan foto bisa viral sangat cepat. Jika Anda membagikan informasi sensitif tentang anak Anda pada Ethernet yang lebih luas dan Anda berarti membiarkan anak Anda mendapatkan perhatian yang tidak diinginkan," katanya.
Baca: Kebakaran di Kampung Terendam, Ibu Muda Berhasil Selamatkan Anak dan Keponakannya dari Api
Bukan cuma risiko bahaya, hal lain yang perlu diperhatikan orangtua sebelum membagikan foto anak di media sosial adalah hak privasi mereka.
Sebagai manusia, anak-anak pun memiliki rasa malu ketika gambar yang tidak mereka sukai atau informasi pribadi diketahui khalayak umum.
Apalagi bila postingan orangtua tersebut terbukti mengundang olok-olokan dari orang lain terhadap dirinya saat ini maupun di kemudian hari.
Hal ini akan memberikan pengaruh buruk pada kondisi psikologis anak. Mental mereka akan terpuruk hingga membuatnya merasa rendah diri.
Media di Austria pada 2016 lalu memberitakan seorang gadis remaja 18 tahun menuntut orangtuanya karena telah mengunggah 500 foto dirinya ke media sosial.
Ia sudah meminta untuk menghapus foto-foto itu, namun orangtuanya menolak hingga dia terpaksa mengambil langkah hukum.
Baca: Daerah Ini Punya Bacaleg Artis Terbanyak, 10 Pesohor akan Berebut Suara di Dapil yang Sama
"Mereka tidak tahu malu dan tidak ada batasan. Mereka tidak peduli jika aku sedang duduk di toilet atau sedang berbaring tak pakai baju di tempat tidur anak-anak, setiap saat difoto dan diunggah ke publik," keluh remaja itu pada koran Heute.
Dilaporkan Institute for Healthcare Policy and Innovation University of Michigan, C.S. Mott Children’s Hospital melakukan poling terhadap orang tua di Amerika Serikat yang melek media sosial.
Poling tersebut menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak kecil, mayoritas menggunakan media sosial seperti Facebook, online forum atau blog.
Lebih dari separuh ibu pengguna media sosial, atau sekitar sepertiga kaum ayah, mendiskusikan kesehatan anak serta memilih topik pengasuhan anak di sosial media.
Sekitar 60-70 persen atau mayoritas orang tua di dalam laporan online mereka menyebutkan media sosial memberikan manfaat nyata bagi mereka.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/sharenting-foto-bayi-media-sosial_20180814_154804.jpg)