Sharenting, Jangan Sampai Berdampak Buruk Pada Mental Anak
Bukan cuma orang biasa, banyak pesohor seperti artis dalam dan luar negeri senang memamerkan foto dan video buah hatinya di dunia maya.
Yaitu dalam bentuk dukungan moril serta pengetahuan dalam mengasuh anak.
Dalam hal ini, para orang tua menyebutkan media sosial membantu mengurangi rasa cemas karena mereka menjadi sadar bahwa mereka tidak sendirian.
Sedangkan dari segi pengetahuan, para orang tua saling berbagi atau menerima pendapat dari yang lebih berpengalaman.
Mereka jadi tahu apa yang harus atau tidak boleh dilakukan pada anaknya yang masih kecil.
Menjadi Orangtua yang Bijak
Baca: Ketua Fraksi Demokrat Sebut Kuota Penerimaan CPNS untuk Pekanbaru Tak Layak, Ini Alasannya
Perkembangan teknologi yang pesat sangat mempengaruhi bidang komunikasi dan informasi.
Masyarakat pun semakin banyak yang paham internet dan memanfaatkannya untuk saling terhubung satu sama lain. Dalam hal ini, para orangtua menemukan cara baru untuk berbagi dan bertukar informasi seputar keluarga terutama anak-anaknya. Sharenting pun jadi sulit dihindari.
Psikolog Anak dari Pekanbaru, Violetta Hasan Noor menyebutkan sharenting merupakan hal yang lumrah dilakukan orangtua di masa sekarang.
Ini merupakan satu di antara cara mereka menunjukkan apresiasinya pada buah hati.
Lewat sharenting para orangtua saling bertukar pengetahuan mengenai bagaimana cara memberikan yang terbaik bagi anak dan tips mendidik buah hati.
Namun di balik manfaat itu, ada aspek penting yang harus diperhatikan. Orangtua harus bijak dalam hal sharenting ini serta mengetahui batasan yang sebaiknya tidak dilakukan.
Di antaranya, tidak memberikan informasi detail mengenai anak. Misalnya informasi mengenai nama lengkap, tanggal lahir, sekolah dimana dan lainnya. Sebab data itu akan menjadi senjata bagi orang yang berniat jahat. Seperti kata ungkapan, kejahatan terjadi karena ada niat dan kesempatan.
Baca: Asap Tebal Selimuti Lahan Gambut di Dumai Barat
Demikian juga jika hendak mengunggah foto maupun pengalaman anak. Orangtuanya sebaiknya tidak memamerkan foto atau menceritakan pengalaman yang anak tak ingin orang lain tahu.
Untuk itu orangtua harus membicarakan terlebih dahulu jika ingin mengunggah sesuatu tentang anak. Sebab hal itu bisa menjadi sensitif dan berdampak pada psikologis anak.
Jangan sampai apa yang dilakukan orangtua di media sosial justru meninggalkan trauma pada anak hingga mereka dewasa nanti. Pola asuh orangtua sangat mempengaruhi kondisi psikologis dan kepribadian mereka dalam masa tumbuh kembang.
Meski ada manfaatnya bagi orangtua, Violetta menyarankan agar orangtua menjauhkan putra-putri mereka dari media sosial. Paling tidak hingga anak berusia 12 tahun. Bahkan hingga usia itu, anak sebaiknya tidak menggunakan gadget terutama smartphone sama sekali.
Ia menyebutkan, penelitian mengungkap, media sosial cuma memberikan pengaruh buruk bagi anak-anak usia tersebut.
Anak-anak seharusnya lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya untuk membentuk kepribadian mereka.
Sedangkan media sosial hanya akan membuat anak terisolasi dari lingkungan nyata.
Interaksi di dunia maya pun tidak memberikan manfaat bagi perkembangan mental dan fisik. Bahkan muncul istilah gadget ibarat narkoba yang membuat anak-anak kecanduan.
Baca: Di Hadapan para Duta Besar Turki Erdogan Bilang Akan Tangkap Teroris Ekonomi Penyebab Anjlok Lira
Dalam hal ini perlu ketegasan orangtua dalam membatasi penggunaan gadget dan media sosial.
Menurutnya, supaya anak tidak ketergantungan media sosial dan gadget, orangtua dapat mengarahkan mereka melakukan aktifitas menarik lainnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/sharenting-foto-bayi-media-sosial_20180814_154804.jpg)