Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berita Riau

STORY - Kisah Sedih Nuri Akibat Kabut Asap di Riau, Trauma karena Kehilangan Anak hingga Derita Asma

Story atau kisah sedih Nuri akibat kabut asap di Riau, trauma karena kehilangan anak hingga saat ini sedang menderita asma

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/Nasuha Nasution/Kolase/Instagaram/@shendra_poetjang
STORY - Kisah Sedih Nuri Akibat Kabut Asap di Riau, Trauma karena Kehilangan Anak hingga Derita Asma 

"Saya mulai sesak dan anak di dalam kandungan berhenti bergerak, akhirnya saya dilarikan ke pengungsian," ujar Susi bercerita saat ditemui di pengungsian PKS.

Setibanya di rumah pengungsian itu, Susi langsung mendapat penanganan dari dokter yang juga distandbykan di posko tersebut.

Ternyata dari hasil pemeriksaan diketahui janin Susi berhenti bergerak karena kekurangan oksigen.

"Kata dokternya kalau saya lama lagi menghirup asap bisa jadi terancam keselamatan anak saya, akhirnya dianjurkan untuk tinggal di pengungsian," ujarnya.

Baca: BAHAYA Kabut Asap Bagi Ibu Hamil, Kabut Asap di Riau, Ini Penjelasan Dokter Spesialis KANDUNGAN

Baca: 838 Sekolah Negeri di Siak Masih Diliburkan Akibat Kabut Asap di Riau, TK, SD, hingga SMP

Baca: Kesehatan Walikota Dumai Zulkifli Adnan Singkah Alias Zul AS Menurun, Flu karena Kabut Asap di Riau

Akhirnya setelah memutuskan tinggal di pengungsian anak yang ada di dalam kandungannya pun kembali bergerak normal seperti semula.

Susi yang sudah menunggu hingga lima tahun baru bisa mendapatkan anak tersebut mengaku sedih dengan penderitaan yang dialaminya disaat bencana asap ini.

"Sedih karena saya harus menunggu lima tahun baru bisa hamil dan sempat anak saya tidak bergerak. Mudah-mudahan anak saya selamat ya Allah," ujarnya sambil menangis.

Susi sesuai perkiraan dokter akan melahirkan sekitar 23 September mendatang, ia mengharapkan tidak ada kendala pada anaknya baik dari fisik maupun mental akibat bencana asap yang melanda ini.

"Saya selalu berdoa, ya Allah lindungi anak saya dan lahir dengan normal ya Allah," ujar Susi.

Tidak hanya ibu Susi yang sudah merasakan dampak kabut asap ini, ibu hamil lainnya Syarifah warga Kecamatan Tampan Pekanbaru ini juga mengaku sempat sesak sebelum pindah ke Pengungsian.

"Saya kan bernafas untuk saya dan anak dalam kandungan, sesaknya luar biasa kalau di luar, Alhamdulillah sekarang sejak dua hari di posko sudah lumayan enak," ujar Syarifah.

Sementara itu, dr Rio Herman yang merupakan salah satu dokter berjaga di posko pengungsian PKS menjelaskan ibu hamil yang sempat sesak dan janinnya tidak bergerak memang disebabkan terpapar asap.

Baca: Kesehatan Walikota Dumai Zulkifli Adnan Singkah Alias Zul AS Menurun, Flu karena Kabut Asap di Riau

Baca: Wakil Ketua DPRD Kuansing Riau dari Partai Gerindra, Ini Sosok yang Ditunjuk DPP Gerindra

Baca: BREAKING NEWS : Tiga Tim Tour de Siak 2019 Mundur Gara-gara Tebalnya Kabut Asap di Riau

"Ibu hamil itu terpapar asap, oksigen yang dihirup berkurang, sehingga anak juga kurang bernafas, makanya asap ini sangat berbahaya bagi ibu hamil dan anak," ujar Rio kepada tribunpekanbaru.com.

Rio juga menjelaskan, asap sangat rentan bagi ibu hamil, anak, balita, lansia dan penderita penyakit jantung dan paru-paru, sehingga disarankan bagi mereka ini untuk berada di pengungsian selama asap masih menyelimuti.

"Jadi jangan beraktivitas dulu di luar rumah, tetap berada di tempat yang oksigennya masih banyak,"ujarnya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved