Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Tak Tamat SD, Namun Marsius Sitohang Berhasil Jadi Dosen USU, Si Tukang Becak Cinta Budaya

Patut diacungi Jempol atas perjuangan Marsius Sitohang untuk meraih kesuksesan, padahal tidak tam SD namun kini Ia jadi dosen pengajar di USU.

Tribun Style
Tak Tamat SD, Namun Marsius Sitohang Berhasil Jadi Dosen USU, Si Tukang Becak Cinta Budaya 

Di Medan Marsius sempat menjajaki profesi sebagai tukang becak.

Suatu ketika di tahun 1980-an Marsius yang masih aktif dengan opera Bataknya diundang dalam acara seminar.

Dilansir dari laman Kebudayaan.kemendikbud.go.id pria kelahiran 1 April 1953 itu menghadiri acara seminar musik tradisional di Taman Budaya Medan.

Bersama 5 orang pemain musik, Marsius tampil di acara tersebut.

Penampilan Marsius disaksikan Rizaldi Siagian MA, seorang ahli musik tradisional (etnomusikolog) sekaligus pengajar di jurusan etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU).

Rizaldi Siagian MA sangat mengagumi penampilan Marsius dan menawarinya untuk menjadi tenaga pengajar pembantu di USU.

Kebetulan saat itu mata kuliah praktek pertunjukan dari Batak Toba di jurusan Etnomusikologi USU sangat lemah.

Akhirnya melalui Surat keputusan (SK) rektor USU, pada waktu itu Prof DR AP Parlindungan SH, salah satu pendiri jurusan musik tradisional di USU, diangkatlah Marsius sebagai tenaga pengajar luar biasa dengan status honorer.

Sejak tahun 1984 Marsius diangkat menjadi dosen namanya makin dikenal luas.

Nada yang ia mainkan hampir mirip dengan gaya musik Amerika Latin hanya saja dimainkan dengat alat musik Batak Toba.

Baca: VIDEO Jadwal Liga Inggris Pekan ke-6, Saksikan Bigmatch Chelsea vs Liverpool di TVRI dan Mola TV

Baca: Sinopsis Silsila Episode 39, Link Streaming Hari Jumat (19/9): Episode Jumat 6 Tahun Kemudian-VIDEO

Marsius berhasil mengenalkan musik tradisional dengan mengunjungi beberapa negara di benua Asia, Eropa, dan Amerika di sela-sela tugasnya menjadi staff pengajar di USU, Medan.

Sebelum mencapai kesuksesan tinggi, Marsius sempat terseok-seok karena hanya menerima bayaran sebesar Rp 24.000 kala itu.

Bahkan, ia sempat menerima gaji Rp 16.000 per bulan pada tahun 1986/1987.

Uang yang tak seberapa itu, tentu saja tak cukup menutupi kebutuhan dirinya, istri dan empat anaknya.

Namun dengan kegigihannya, Marsius tetap berusaha dalam melestarikan musik tradisional kini berbuah manis.

Sumber: TribunStyle.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved