Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Ilham Tohti, Aktivis HAM Uighur China Terima Penghargaan dari Parlemen Uni Eropa

Ilham Tohti, Aktivis HAM Uighur China Terima Penghargaan dari Parlemen Uni Eropa.

Editor: Ilham Yafiz
tribunpekanbaru/Theorizky
Sejumlah relawan dari Syam Organizer menggelar aksi solidaritas untuk umat muslim Uighur di Jalan Sudirman Pekanbaru, saat hari bebas kendaraan bermotor, Minggu (23/12/2018) lalu. 

Diberitakan France24 , para ahli (di bidangnya) menyatakan bahwa lebih dari satu juta masyarakat Uighur dan etnis muslim minoritas dikumpulkan dalam sebuah kamp di Xinjiang.

Otoritas di wilayah barat laut (di Xinjiang) dilaporkan Human Rights Watch meluncurkan sistem keamanan canggih yang menggabungkan beberapa teknologi seperti kamera pemindai wajah, kontrol wifi dan kunjungan ke rumah-rumah.

Berdasarkan Komite Perlindungan terhadap Jurnalis di New York, website milik Tohti kemudian dimatikan usai dirinya dipenjara.

Menyuarakan Masyarakat Uighur

Menurut Amnesty International, Tohti sebelumnya pernah ditahan pada tahun 2009 -di tengah peristiwa kekerasan etnis di Xinjiang- setelah menulis mengenai penahanan dan pembunuhan terhadap masyarakat Uighur selama kerusuhan.

Tohti yang bertambah umur pada Oktober tahun ini, juga memenangkan penghargaan lainnya di Eropa, Vaclav Havel Prize atas usahanya, 'menyuarakan masyarakat Uighur'.

Tohti menurut Dewan Uni Eropa - usai membacakan nominasi Tohti sebagai penerima penghargaan-, telah bekerja lebih dari 20 tahun dalam lingkungan minoritas dan membina sejumlah dialog dan pemahaman antar-etnis di China.

China sebelumnya mengecam Dewan Uni Eropa usai memberi Tohti nominasi untuk penghargaan Vaclav Havel Prize pada September 2019.

Menteri Luar Negeri China menyebut Tohti sebagai "separatis yang mendukung terorisme".

Pendapat Akademisi Jerman

Sampai saat ini, diperkirakan satu juga warga etnis Uighur mendekam di kamp-kamp konsentrasi penampungan.

Kamp-kamp yang disebut sebagai kamp ‘re-edukasi’ ini diadakan untuk para warga etnis Uighur yang mayoritas Muslim.

Kamp yang disebut menjadi kamp konsentrasi pada abad modern ini memiliki ukuran yang kecil dan tidak layak.

Para tahanan ini dengan terpaksa tinggal di ruangan yang sempit yang berjejalan dengan tahanan lainnya.

Tak hanya itu saja, mereka juga sering mendapatkan siksaan secara rutin.

Sedangkan bagi warga etnis Uighur yang bebas dilaporkan menjalani hidup dengan kontrol dan pengawasan ketat.

Pengawasan dilakukan terhadap seluruh anggota keluarga mereka.

Sumber: TribunnewsWiki
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved