Ramadan 2020
Terdampak Corona, Tradisi Jelang Bulan Suci Ramadan Hampir Lenyap dan Pelaksanaannya Berubah
Cara pelaksanaannya berubah, dari yang dulu meriah dan penuh kebersamaan, kini harus dilakukan sendiri-sendiri saja.
Penulis: Mayonal Putra | Editor: CandraDani
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Banyaknya tradisi dalam menyambut bulan Ramadan lenyap gara-gara mewabahnya Covid 19 di kabupaten Siak. Sedekah nasi selama bulan Sakban, ziarah makam secara bersama-sama dan petang megang tak terlihat lagi, seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tradisi-tradisi itu sebenarnya bukan sepenuhnya hilang. Cara pelaksanaannya berubah, dari yang dulu meriah dan penuh kebersamaan, kini harus dilakukan sendiri-sendiri saja.
Jamaluddin Penjabat Sekda Kabupaten Siak lahir di Paluh, kecamatan Mempura, kabupaten Siak, 57 tahun silam. Bersedekah nasi sudah menjadi tradisi di keluarganya dalam menyambut bulan Ramadan. Bahkan sudah turun menurun sejak ia masih kecil.
• Pasar Murah Ramadan di Siak Diganti Program Social Safety Net, Pemilik Kupon Dapat Sembako Gratis
• Bayi di Riau Meninggal Dunia Akibat Virus Corona, 5 PDP Covid-19 di Siak Hembuskan Nafas Terakhir
Pada Ramadan 1441 yang akan tiba ini, ia tidak dapat lagi mengumpulkan orang di rumahnya untuk makan-makan. Keputusan itu ia ambil demi mematuhi protokol keamanan Covid-19, agar tidak berkerumun.
"Kita harus berupaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini. Tradisi penyambutan Ramadan harus dilakukan dengan cara lain," kata Jamal, panggilanya, saat berbincang dengan Tribunpekanbaru.com, Rabu (22/4/2020).
Tradisi bersedekah nasi ini tetap dilanjutkan Jamal dan keluarganya. Tentu saja tidak mengumpulkan orang sekampung di rumahnya.
"Kami mengumpulkan paket sembako untuk dibagi-bagi ke masyarakat yang membutuhkan. Inilah pengganti sedekah nasi, yang kami kira juga sangat efektif untuk membantu sesama," kata Jamal.
Menurut dia, tidak perlu mahal, tidak perlu banyak, yang penting ada. Tujuannya selain menjaga tradisi saling berbagi, agar tetap bisa menjaga keceriaan untuk menyambut Ramadan di tengah mewabahnya virus Corona ini.
• Berharap Lubang Sudah Ditambal Sebelum Lebaran, Jalan Lintas Siak-Bungaraya Riau Mulai Diperbaiki
• Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 di Siak, Bupati Alfedri Cadangkan Ruang Isolasi Pasien Covid-19
"Jangan sampai gara-gara virus Corona hari kita tidak ceria menyambut Ramadan. Tetaplah ceria meski aktivitas fisik kita terbatas, mudah-mudahan virus Corona cepat pergi dari bumi ini," kata dia.
Jamaluddin hanyalah satu keluarga dari banyak keluarga Melayu Siak yang tetap ingin menyambut Ramadan secara meriah. Namun secara prinsip, ia juga tetap menerapkan social dan physical distancing di Siak.
Ramli (52), warga kampung Suak Lanjut, kecamatan Siak, biasanya juga melaksanakan tradisi ziarah makam dan bersedekah nasi. Kali ini, ia melakukan secara sendiri-sendiri. Ziarah makam sendiri dan sedekah nasi diantar ke warga kurang mampu.
"Memang saya akui kemeriahan dan keriangan kita menyambut Ramadan tahun ini dirampas virus Corona. Itulah mungkin ujian kita, yang mesti dilewati dengan baik," kata dia.
Ramli tidak mengganti tradisi sedekah nasinya dengan paket sembako. Ia justru membungkus nasi dan memberikan kepada warga, terutama warga yang kurang mampu di sekitaran rumahnya.
• Hadapi Ramadan 2020, Bupati Siak Alfedri Jamin Pasokan Listrik, BBM dan Sembako
• Istri Bupati Siak, Atasi Dampak Virus Corona Lewat Dekranasda & PKK, Acap Kali Rogoh Kantong Sendiri
"Tahun ini kita puasa di tengah virus Corona. Semoga kita semua selamat dan virus Corona pergi dari kampung kita ini," kata dia.
Menurut Ketua LAMR Siak Datuk Seri Wan Said, tradisi sedekah nasi dilakukan sejak masuknya bulan Sakban hingga sehari jelang Ramadan. Hampir tiap-tiap rumah melakukannya. Itu terjadi sejak zaman dahulu.
"Ada yang memanggil para tetangga sehabis magrib dan mengajak makan di rumahnya. Ada doa -doa juga dipanjatkan sehabis makan disertai dengan permintaan maaf dan saling memaafkan sebelum masuknya Ramadan," kata dia.
Tuan rumah akan menyampaikan maksud hajatannya sebagai bentuk rasa syukur sebelum datangnya Ramadan. Tuan rumah juga mendahului meminta maaf kepada yang hadir manakala ada kesalahan baik sengaja atau tidak sengaja selama bergaul di tengah masyarakat.
"Setelah makan, berdoa dan saling bermaafan kemudian baru pulang ke rumah masing-masing. Itu yang kebiasaan kami lakukan sebagai orang Melayu Siak," kata dia.
• IMSAKIYAH Ramadhan 2020 atau Ramadhan 1441 Hijrah Resmi dari Kemenag untuk Pekanbaru dan Indonesia
• Terkait Anjuran Shalat Tarawih di Rumah, Ketua Muhammadiyah Riau : Boleh Jika Kondisi Seperti Ini
Selain itu, ziarah kubur biasanya dilaksanakan bersama-sama di pemakaman keluarga. Sekalian membersihkan pendam pekuburan milik masing-masing keluarga.
"Memang ada tradisi anak-anak dan remaja yang sudah lama hilang, yakni meletuskan meriam bambu. Zaman kami dahulu, seminggu sebelum puasa sudah banyak meriam bambu. Tapi itu memang sudah lama hilang karena perkembangan zaman," kata dia.
Datuk Seri Wan Said dapat memaklumi, tanda-tanda dekatnya Ramadan tidak tampak lagi dari tradisi -tradisi itu. Tahun-tahun sebelumnya, ia sendiri kesulitan mengatur jadwal karena banyaknya undangan makan di rumah warga menjelang Ramadan.
"Dunia sekarang dilanda wabah. Tentu kita harus waspada dan mengikuti himbauan pemerintah agar kita dapat memutus mata rantai penyebaran virus itu. Biarlah dulu tidak semeriah tahun yang sudah-sudah asalkan masyarakat selamat," kata dia.
• Gubri Syamsuar: Kita Tidak Ingin Banyak yang Meninggal Dunia, Minta Pemkab dan Pemko Tetapkan PSBB
• BREAKING NEWS : 6 PDP Meninggal, Tiga Positif, Gubri Resmi Umumkan Kampar Masuk Zona Merah Covid-19
Ia juga meminta agar petang megang tidak dilakukan secara bersama-sama. Petang megang itu tradisi 1 hari jelang Ramadan tiba. Masyarakat mandi di petang hari dengan pengharum buah limau dicampur wewangian alamiah lainnya.
"Ada juga yang melakukan bersama-sama tradisi ini seperti di sungai atau waduk atau danau. Nah, sekarang kami himbau lakukan di rumah masing-masing saja," kata dia.
Ia menegaskan, tradisi penyambutan Ramadan di tengah masyarakat Melayu Siak tidaklah hilang dimakan Corona. Hanya saja diubah buat sementara waktu dari bersama-sama menjadi sendiri-sendiri.
"Jadi tidak hilang, pola dan caranya saja berubah karena kondisi saat ini. Kalau tahun depan kondisi pulih tradisi tetap kita lakukan sebagaimana sedia kala," kata dia.
Bupati Siak Alfedri juga meminta masyarakat untuk tetap tenang dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Ramadan tetap disambut dengan riang gembira namun tidak dengan cara membuat acara beramai-ramai.
"Selain jangan lakukan petang megang bersama-sama, ziarah kubur bersama-sama dan kenduri sekedah nasi bersama-sama, kita juga menghimbau kepada msyarakat untuk melaksanakan salat tarawih di rumah masing-masing," kata dia.
Ia juga melarang warga mudik lebaran dan meniadakan pasar Ramadan serta pawai takbiran. Kegiatan-kegiatan itu mengundang orang ramai dan dapat mempercepat penyebaran virus Corona.
"Saat ini kota konsentrasi bagaimana memutus mata rantai penyebaran Corona. Jadi, jangan dulu dilaksanakan kegiatan melibatkan orang banyak," kata dia. (Tribunpekanbaru.com/mayonal putra)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/sambut-ramadan-maghrib-bupati-siak.jpg)