Dijuluki Laowei dan Diberi Makan Daging Babi, Yuli Kapok Bekerja Sebagai ABK di Kapal China
Dia pun mulai mendaftarkan diri setelah lulus sekolah ke penyalur tenaga kerja Indonesia di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Ternyata apa yang dijanjikan di awal kerja mengenai gaji tersebut tidaklah sesuai perkiraan Yuli.
Dari upah yang seharusnya sekitar Rp 4.800.000 per bulan, keluarga di rumah hanya mendapatkan uang sekitar Rp 1.500.000.
Saat minggu pertama berada di atas kapal, Yuli kaget dengan pekerjaan yang ia dapatkan lantaran tak ada keterangan yang pasti dari kantor penyalur TKI mengenai jenis pekerjaan maupun standar operasional prosedur (SOP) yang harus ia jalankan.
Kapal yang ia naiki adalah kapal golongan ukuran 2.000 gross ton.
Dirinya pun mengaku kesusahan saat berkomunikasi dengan rekan kerja yang berasal dari negara berbeda-beda tersebut.

Sebenarnya jika para ABK asal Indonesia sudah dibekali dengan petunjuk SOP, Yuli merasa perlakuan kasar mungkin bisa diminimalkan.
Berdasarkan pengamatan Yuli, pelaut asal Indonesia menjadi pekerja kelas terendah sebab tak berbekal SOP yang cukup sehingga tindakkannya kerap memancing emosi para pengambil kebijakan di kapal tersebut.
Berada di lautan lepas jauh dari tanah air, membentuknya menjadi pribadi tahan banting.
Dia mengaku kerap mendapat perlakuan yang keras dari ABK asal China.
"Mereka menyebut kami ABK asal Indonesia dengan panggilan laowei yang kira kira artinya orang rendahan," katanya.
Jika kinerja bagus, makanan dan perlakuan juga mengikuti.
Mereka yang kerap mendapat perlakuan tidak layak, biasanya karena kurang bisa membawa diri dalam bekerja di lautan dengan orang asing.
Tak hanya perlakuan buruk dari rekan kerja dan pemotongan gaji yang ia dapatkan saat jadi ABK.
Yuli juga mengaku bahwa dirinya tak menerima bonus yang telah dijanjikan oleh kapten kapal saat mencari cumi-cumi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/polisi-thailand-budak_20160520_111818.jpg)