Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

FEATURE : Tantangan Bagi Petualang, Telusuri Sungai Rawa dan Rimba Menuju Taman Nasional Zamrud Riau

Rombongan ekspedisi mencari jalur baru menuju Taman Nasional Zamrud ini diikuti Bupati Siak Alfedri dan jajaran, Kepala BBKSDA Riau Suharyono

Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/Mayonal Putra
FEATURE : Tantangan Bagi Petualang, Telusuri Sungai Rawa dan Rimba Menuju Taman Nasional Zamrud Riau. Foto: Menelusuri Sungai Rawa menuju Danau Zamrud 

"Itu kayu mahang ditebang orang. Pondok-pondok yang tadi kita lihat itu pondok-pondok pekerjanya," ujar Sutrisno lagi.

Saat dikepung rimba bakung itu, tiba-tiba sampan yang kami tumpangi juga mati mesin.

Sutrisno dengan cepat memeriksanya.

"Oh BBM-nya habis," ujar Sutrisno.

Lalu ia menyulang BBM cadangan dalam jerigen ke tangki mesin.

Saat mesin sampan ini mati, bebunyian hewan-hewan di alam liar terasa memekak ke telinga.

Seekor elang dengan kepakan sayap yang panjang tampak mengintai ikan dari atas kepala kami.

Angin yang menerpa dedauan pandan berduri dan pohon rasau bersahutan dengan suara burung dari kejauahan, serta suara monyet berebut buah di hutan itu.

"Sebentar lagi kita masuk ke kawasan lindung Zamrud," kata Sutrisno memecah ketegangan kami.

Setelah mesin diengkol, akhirnya sampan kami melaju.

Menyibak lebatnya rimba bakung.

Jika tidak hati-hati, daun-daun bakung bisa "menampar" wajah kita saat haluan sampan mencari jalannya.

Perjalanan ini sudah menempuh waktu selama 5 jam.

Dari kejauhan terlihat pondok-pondok kayu.

Bangunannya cukup tertata, berbeda dengan potongan camp para pelaku ilegal loging tadi.

Itulah camp para nelayan lokal.

Sekilas mirip dengan camp tentara VieTaman Nasionalam saat perang melawan Amerika Serikat, seperti yang digambarkan dalam film Rambo.

Tumbuhan bakung tidak lagi banyak di kawasan ini.

Sejumlah nelayan, aktivis lingkungan kecamatan Sungai Apit itu dan karyawan BOB PT BSP-Pertamina Hulu menyambut kedatangan kami.

Sutrisno merapat ke pelabuhannya dan kami naik ke bangunan kayu.

"Silahkan makan dulu teman-teman, ambil nasi sendiri dan lauk sendiri ya," kata Setiono, dari pegiat Bina Cinta Alam (BCA), sekaligus panitia ekspedisi ini.

Di camp nelayan ini, tersedia asam pedas toman, gulai tapah dan goreng ikan salai selais kecil-kecil.

Peserta ekspedisi tidak sungkan-sungkan makan sepuasnya di sana, meski rombongan bupati belum tiba.

Maklum saja, waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Hampir semua peserta menahan perut yang keroncong selama perjalanan.

"Tadi prediksinya kita makan pas pukul 13.00 WIB, ternyata perahu tak bisa laju karena banyaknya rintangan di sungai. Jadi ya makan siang kita jam segini," kata Setiono lagi.

Sejumlah wartawan nasional yang hadir juga tampak makan dengan lahap.

Semuanya tampak kelelahan tetapi memberi kesan yang tak mungkin terlupakan.

Semuanya mengabadikan momen-momen menegangkan itu.

Setelah kami makan siang, tiba rombongan bupati. Bupati Alfedri dan Kadis PU Tarukim Siak Irving Kahar langsung naik ke camp itu dan bersih-bersih untuk salat Zuhur.

Mereka kemudian makan siang serta berfoto bersama.

Alfedri kerap memanggil wartawan untuk berfoto bersama pada momen ini.

"Sesekali wartawan yang dipotret, jangan motret terus. Ayo kumpul di sini, Tribun mana Tribun," kata Alfedri.

Ia menyebut, sungai rawa ternyata jalur yang paling menantang menuju Taman Nasional Zamrud, sekaligus eksotis.

Jalur ini bakal dikembangkan menjadi jalur kedua selain Dayun menuju Taman Nasional Zamrud.

Sebab, Taman Nasional Zamrud mempunyai zona pemanfaatan.

Pada zona pemanfaatan ini Taman Nasional Zamrud dibuka sebagai objek wisata dengan minat khusus.

"Kelestarian harus tetap dijaga, jadi perlu sedikit dibersihkan sungai Rawa untuk jalan speedboat. Kita tidak boleh mengurangi kelestariannya," kata Alfedri.

Sedangkan Suharyono juga mengaku terkesan dengan ekspedisi di Sungai Rawa itu.

Ia menyebut, nelayan di Taman Nasional Zamrud merupakan nelayan binaan BBKSDA, yang memanfaatkan hutan bukan kayu.

"Konsep wisata dengan minat khusus ini tidak terbuka seperti wisata umum lainnya. Konsepnya kita yang menyesuaikan dengan alam ini, bukan alam yang menyesuaikan dengan konsep kita," kata dia.

Alfedri dan Subaryono juga telah membangun kesepakatan untuk pengembangan wisata di Taman Nasional Zamrud.

Setelah sore asar menjelang, rombongan meninggalkan camp nelayan itu.

Siap-siap mengarungi danau kembar, yakni danau pulau bawah dan danau pulau besar. Kedua danau ini dikenal dengan danau Zamrud.

Perjalanan dari camp nelayan menuju danau pulau bawah sekitar 40 menit lagi.

Feature - Tribunpekanbaru.com / Mayonal Putra.

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved