MENENGOK Lebih Dekat Sekolah Tinggi Ilmu Beruk/Monyet di Pariaman, Sumbar
Beruk yang sudah pandai, diserahkan kepada masyarakat yang sudah mengerti dengan beruknya untuk memanjat kelapa.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Beruk merupakan hewan jenis primata yang digunakan oleh warga di Kota Pariaman dan Sumbar untuk memanen kelapa.
Sudah turun temurun, warga Sumbar menjadikan hewan ini untuk membantu mereka.
Dahulunya, masih banyak orang yang memiliki keahlian untuk melatih Beruk untuk dijadikan pemanen kelapa.
Namun, seiring berjalannya waktu, tak banyak lagi yang memiliki keahlian tersebut.
Namun, saat ini sudah ada Sekolah Tinggi Ilmu Beruk (STIB) di Kota Pariaman, Provinsi Sumbar.
• Zodiak Hari Ini Rabu (29/7/2020): Aries Ragu-Ragu, Leo Fantastis
• Saat Putra Jokowi Bocorkan Isi Kartu SIM Presiden, Netizen Heboh Lihat Tulisan Kolom Pekerjaan
• Purnomo Dirayu PKS Lawan Anak Jokowi Usai Tolak Permintaan PDIP Dukung Gibran di Pilkada Solo
Sejauh ini, terdapat sejumlah binatang yang mengikuti STIB yang waktu tempuh dari Kota Padang ke Pariaman membutuhkan selama 1,5 jam perjalanan.
"Di STIB beberapa Beruk dilatih misal di ketinggian pohon," kata Direktur BUMdes STIB Fadel Muhammad saat dihubungi, Rabu (28/7/2020).
Sekolah beruk baru berdiri sekitar 1 tahun lebih, yakni sejak Januari 2019, cuma baru dilaunching pada Juli 2019 lalu.
Fadel mengemukakan bahwa STIB itu didirikan atas inovasi desa bersama BUMdes.
• Pramugari Cantik Tak Sadar Direkam Kamera, Kepergok Lakukan Ini di Pesawat, Masya Allah Adem Banget
• Inilah Nama-nama 181 Perwira yang Dimutasi Panglima TNI, Terdiri dari 76 Pati AD, 82 AL, dan 23 AU
• Peringatan Mengerikan WHO, Kita Masih Gelombang Pertama, Covid-19 akan Menjadi Gelombang Besar
"Awalnya kami melihat banyak sekali para pawang-pawang beruk di Kota Pariaman, terutama di desa Apar," tambah Fadel Muhammad.
Secara turun temurun lanjutnya, para pawang itu selalu mengajarkan beruknya cara memetik kelapa.
Utamanya, dari awal hingga Beruk kemudian bisa memilih kelapa muda dan tua.
Lantas, timbul pemikiran Fadel di BUMdes Apar Mandiri, membuat suatu inovasi desa.
Alhasil, STIB tersebut kini menjadikan beruk suatu daya tarik wisata.
"Pendirian STIB itu sendiri, selain terdapat pelatihan beruk, juga menjadikan wisata edukasi," terang Fadel.
Sebelum Beruk ditempa di STIB, lebih dahulu ada pengenalan pelatih terhadap beruk yang hendak diajarinya.
Pelatihnya saat ini ada dua orang, yang masing-masing dibiayai antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta.
Artinya, Beruk itu diajari sampai benar-benar terlatih.
• Polisi Pura-pura Pesan 2 Wanita di Michat, Saat Masuk Kamar Wisma, Umur si Wanita Tak Disangka
• Bapak Kost Bejat, Masuk Kamar dan Cabuli Wanita Penghuni Kost, Saat Korban Bangun Langsung Diancam
Lakukan Pendekatan
Pendekatan dilakukan dengan cara memberikan makan dan memandikan beruk selama tiga bulan.
Sedangkan, untuk kurikulum Beruk kemudian terdiri dari materi ajar mengenali buah kelapa.
Alhasil, wisatawan bisa melihat beruk dilatih sampai beruk memanjat kelapa dan kelapa itu disuguhkan kepada pengunjung.
"Rencana tahun ini lebih banyak lagi daya tarik wisata yang akan dikembangakan di sana," ucap Fadel.
Awal STIB berdiri, kata Fadel, ada 6 Beruk yang dilatih hingga bertambah menjadi 12 Beruk.
Selanjutnya, terus bertambah hingga 15 Beruk dan yang telah dinilai pandai mencapai 6 Beruk.
Beruk yang sudah pandai, diserahkan kepada masyarakat yang sudah mengerti dengan beruknya untuk memanjat kelapa.
• Bocah 14 Tahun yang Jadi Pimpinan Begal, Ternyata Tiap Hari Konsumsi Pil Eksimer, Bawa Celurit
• Terjawab Sudah Mengapa Editor Metro TV Bisa Tusuk Tubuh 4 Kali, Ahli Forensik Ungkap Jumlah Darah
Fadel mengungkap, perkembangan STIB saat ini, semenjak covid-19 masuk ke Indonesia vakum sejenak, itu terjadi hampir beberapa bulan.
Sejak mulai awal Juli 2020, BUMdes sudah mulai berbenah untuk STIB ke depan.
"Kami memang sempat vacum karena covid-19. Jadi dana untuk STIB dialihkan," ujar Fadel.
Ada Beruk di STIB, sebut Fadel, yang pernah ikut dalam lomba desa wisata nusantara tingkat nasional dengan penyelenggaranya Kementerian desa PDTT.
"Alhamdulillah dapat nomor 7 se-Indonesia kategori desa wisata berkembang dan satu-satunya yang mewakili Sumbar untuk final ke nasional," ungkap Fadel.
Bahkan, baru-baru ini Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengapresiasi Kota Pariaman, Provinsi Sumbar.
Apresiasi khusus itu, imbuhnya lantaran memiliki Sekolah Tinggi Ilmu Beruk (STIB) yang dikelola oleh BUMDes setempat.
Pihaknya berharap ke depannya sekolah beruk menghadirkan destinasi wisata baru, sehingga semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunpadang.com dengan judul Sekolah Tinggi Ilmu Beruk di Kota Pariaman Bikin Penasaran, Inovasi BUMDes sekaligus Pengelola.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/beruk-sekolah-di-stib-pariaman.jpg)