Manuver Politik China, Kumpulkan 10 Diplomat ASEAN, Bicarakan Kawasan Laut China Selatan
China bergerak cepat dengan mengumpulkan 10 orang Diplomat ASEAN membicarakan kawasan Laut China Selatan.
TRIBUNPEKANBARU.COM - China bergerak cepat dengan mengumpulkan 10 orang Diplomat ASEAN membicarakan kawasan Laut China Selatan.
10 orang diplomat ASEAN itu dipanggil oleh China berselang tiga minggu setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan posisi negaranya di Laut China Selatan.
Beijing memanggil para diplomat dari 10 negara Asia Tenggara untuk bertemu guna menyampaikan kekhawatirannya tentang semakin tingginya risiko konflik di wilayah perairan yang diperebutkan.
Melansir South China Morning Post, selama pertemuan di Beijing pada awal Agustus, seorang pejabat China yang bertanggung jawab atas urusan maritim dan perbatasan mengungkapkan keprihatinan Beijing atas "risiko tinggi" dari aktivitas militer oleh "negara-negara non-regional", ungkapan yang sering digunakan China saat membahas peran AS di Asia.
Pejabat China itu meminta anggota Association of South-East Asian Nations (ASEAN) untuk bekerjasama dengan Beijing.
Sumber South China Morning Post mengatakan, pejabat itu mengatakan mereka harus melanjutkan negosiasi kode etik untuk Laut China Selatan secepat mungkin "untuk menunjukkan beberapa kemajuan", dan bahwa China tidak ingin proses tersebut "dibajak" oleh negara-negara yang bukan bagian dari negosiasi.
"(Pejabat itu) tidak mengatakan kepada siapa China ingin menunjukkan kemajuan, tetapi jelas bahwa itu adalah AS," kata salah satu orang.
Para diplomat ASEAN percaya pertemuan itu menggarisbawahi keinginan Beijing untuk menjaga agar para tetangga Asia akan lebih dekat ke sisi China dan mendorong Washington keluar dari wilayah laut China Selatan.
Apalagi setelah pemerintahan Trump mengisyaratkan pendekatan yang lebih keras terhadap apa yang disebutnya klaim "tidak sah" Beijing di Laut China Selatan.
Mereka juga mengatakan bahwa Beijing baru-baru ini menunjukkan lebih banyak kesediaan untuk membahas cara-cara dalam menyelesaikan perselisihan Laut China Selatan, sebuah masalah yang berusaha disingkirkan untuk fokus pada kerja sama ekonomi bilateral.
Kementerian luar negeri China mengatakan pada hari Jumat bahwa departemen terkait telah mempertahankan "komunikasi normal" dengan para diplomat Asean di China, tetapi tidak akan menjelaskan lebih lanjut.
Selama lebih dari dua dekade, China dan negara-negara anggota Asean telah membahas potensi kode etik untuk mengelola sengketa teritorial mereka di jalur perairan strategis.
Diperkirakan perdagangan pelayaran internasional senilai US$ 3,4 triliun melewati kawasan itu setiap tahun.
• Spekulasi Liar Merebak Pasca Kebakaran Gedung Kejagung, Polri Kerahkan Tim Labfor
• Mulai Terungkap, Pelemparan Molotov di Markas PDI P di Cileungsi, 7 Orang Diduga Pelaku Diamankan
• Ini yang bikin Jokowi Mengeluh Pada Media Asing, Sampai Minta Menteri untuk Hati-hati
Klaim China atas hampir semua Laut China Selatan diperebutkan dengan tajam oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Taiwan.
China dan ASEAN menetapkan Deklarasi yang tidak mengikat tentang Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan (DOC) pada tahun 2002, tetapi tidak secara resmi diadopsi hingga 2011.
