Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Sinyal Tak Ada dan Siswanya Susah Pakai HP, Pak Guru Ini Keliling Mengajar dari Desa ke Desa

Selain sinyal, Harum juga mendapatkan keluhan dari sejumlah siswa yang tidak bisa memahami materi pembelajaran ketika hanya dbagikan lewat ponsel.

Editor: CandraDani
Istimewa/Surya.co.id
Harum Pramoko saat mengajar muridnya di sebuah mushola Desa Suru, Kecamatan Sooko, Ponorogo 

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 yang terjadi hingga saat ini mengharuskan para murid untuk belajar dari rumat lewat sistem daring. 

"Tuntutan sekolah belajar dari rumah sehingga saya sebagai orangtua beli handphone dengan berutang. Kalau tidak ada handphone android maka mereka tidak bisa belajar online serta mengerjakan soal yang diberikan guru-guru dari sekolah," ujar Roma kepada Kompas.com di rumahnya, Kamis (20/8/2020).

 Agar Dapat Sinyal HP untuk Belajar Online, Siswa Terpaksa Panjat Pohon hingga Jalan Kaki 2 Km

tribunnews
Thomas Roma (44), warga asal Kampung Gurung, Desa Gunung, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, harus berutang untuk membeli ponsel agar dua anaknya bisa belajar. (KOMPAS.com/Markus Makur)

Roma merupakan seorang pekerja bangunan yang penghasilannya tidak tetap.

Jika dirata-ratakan penghasilannya berkisar Rp 500.000 perbulannya.  Hal itu tentu saja tergantung dari jumlah proyek yang dikerjakan.

Sejak Maret 2020 ketika pandemi Covid-19, Roma tak lagi bekerja.

Namun, dia tetap berusaha agar keluarganya makan serta anak-anaknya tetap bisa mengenyam pendidikan.

 Sempat Ingin Jual Ayam Kesayangan untuk Beli HP Demi Belajar Online, Kini Keinginan Deni Terwujud

 Viral Jual Es untuk Bantu Orangtua dan Beli Kuota Belajar Online, Siswa SD Ini Alami Hal tak Terduga

 MENGHARUKAN, 5 Bulan Siswi SMP Pinjam Ponsel Paman untuk Belajar Online, Adiknya Pinjam ke Tetangga

 Biar Anak Bisa Belajar Online, Ayah Ini Nekat Curi Ponsel, Anak Saya 10 Hari Ketinggalan Pelajaran

"Saya sebagai orangtua bertanggung jawab untuk masa depan anak-anak. Walaupun berutang, yang terpenting masa depan anak-anak terpenuhi dengan bekal ilmu pengetahuan. Dengan penghasilan pas-pasan, saya sebagai kepala keluarga serta istri mengatur keuangan sebaik-baiknya," ucap Roma.

Roma menjelaskan, biaya sekolah dan asrama susteran anak-anaknya sebesar Rp 10 juta lebih per tahun. 

Bersyukur biayanya bisa dicicil serta pihak sekolah dan asrama sangat memahami kondisi keluarga mereka yang serba terbatas.

"Jikalau terlambat bayar biaya uang sekolah dan asrama, saya bertemu kepala sekolah dan pihak pembina asrama. Mereka sangat mengerti dengan saya. Saya terus mencari uang untuk membiayai pendidikan anak-anak saya," jelasnya.

Susah sinyal

Roma menjelaskan, selain sulitnya ekonomi, tantangan lain adalah sulitnya sinyal. 

Untuk itu, meski sudah memiliki ponsel, anak-anaknya harus mencari sinyal hingga ke perbukitan dengan jarak sekitar 4 km dengan mengendarai ojek.

Uang sewa ojek sebesar Rp 40.000 untuk pulang pergi.

Di padang rumput mereka biasa belajar. Setelah selesai mereka kembali pulang dan mengerjakan tugas yang diberikan.

 Tanpa Ponsel dan Listrik, Upaya Siswa Yatim untuk Belajar Daring Ini Bikin Kapolres Siak Terenyuh

 Siswa di Simalungun Sampai Harus Panjat Pohon Cari Sinyal untuk Belajar Daring, Viral di Medsos

Sumber: Surya
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved