Pria Tua Duduk Tenang Tunggu Polisi Usai Bunuh Menantu, Sakit Hati Putrinya Diselingkuhi dan Dicerai
Pengusaha perkapalan itu memberitahu kerumunan, "Ini menantu saya, tidak perlu tolong dia, dia pantas mati."
Tan semakin yakin bahwa sejak awal Tuppani telah merencanakan untuk menceraikan putrinya, merebut kendali perusahaan, dan mengambil hak asuh anak.
Kondisi kesehatan fisik dan mentalnya merosot dan dia mengalami susah tidur.
Tak Perlu Tolong, Dia Pantas Mati...

Kronologi pembunuhan diawali saat siang hari, Tan Nam Seng sedang dalam perjalanan menuju ke kantornya.
Ketika itu, tiba-tiba dia melihat menantu sedang makan siang di kedai kopi di Jalan Boon Tat, Singapura.
Setibanya di kantor, pelaku menuju ke dapur mengambil sebuah pisau.
Dengan membawa pisau itu, Tan Nam Seng kembali ke kedai kopi tempat sang menantu makan siang.
Sesampainya di kedai kopi, Tan menghampiri Tuppani dan berkata, “Kamu memang keterlaluan.”
Tak lama kemudian dia mengeluarkan pisau dari tas dan menghunuskannya ke dada korban tiga kali.
Tuppani sempat coba berlari dengan luka tusuk di dadanya, tapi akhirnya terjatuh pingsan di restoran sebelah dan meninggal dunia di tempat.
Tan kemudian menendang wajah menantunya itu dua kali dan menghalau kerumuman yang kaget bukan kepalang melihat apa yang baru terjadi.
Pengusaha perkapalan itu memberitahu kerumunan, "Ini menantu saya, tidak perlu tolong dia, dia pantas mati."
Tan dengan tenang meletakkan pisau di samping meja dan kemudian duduk menunggu kedatangan polisi.
Sambil menunggu dia menelepon putrinya.
Dalam percakapan lewat telepon dengan putrinya Tan berkata, ”Ayah tidak bisa tidur kemarin malam. Ayah sudah melakukannya. Jangan menangis."