Bukan Salah AS, Parahnya Korupsi di Afganistan yang Sebabkan Militernya tak Berkutik Hadapi Taliban
Usai militer AS menarik diri, ternyata barang peninggalan AS malah dijual untuk dikorupsi. Pantas saja militer Afganistan tak berdaya lawan Taliban
TRIBUNPEKANBARU.COM- Setelah sekian lama menahan diri, akhirnya seorang kolonel militer Afganistan membeberkan mengapa mudahnya Taliban menguasai Afganistan.
Lewat sebuah wawancara, sang koonel blak-blakan menceritakan perihal apa yang terjadi selama kepemimpinan Ashraf Ghani.
Kolonel yang bernama Hanif Rezai ini bahkan siap buka-bukaan lebih jauh terkait kejatuhan Afganisan ke Taliban.
Seperti diketahui, Taliban telah menguasai Afganistan.
Mudah saja bagi Taliban merangsek masuk dan menguasai sampai ke pemerintahan AFganistan.
Baca juga: Sosok Misterius yang Disebut Pimpinan Tertinggi Taliban, Sudah di Afganistan tapi tak Mau ke Luar
Baca juga: Dibantu Amerika Serikat Membasmi ISIS-K, Taliban Marah Merah Besar, Ternyata ini Masalahnya
Hal tersebut terjadi setelah militer Amerika Serikat menerik diri dari Afganistan.
Setelah ditaklukkan Taliban, AS mengaku heran dengan militer Afganistan yang mereka tingglkan.
Padahal sudah diberikan pelatihan dan juga bantuan uang. Namun saat menghadapi Taliban militer Afganistan malah tak berkutik.
Siap Blak-blakan
Seorang kolonel Afghanistan membeberkan penyebab utama mengapa negaranya bisa jatuh ke tangan Taliban.
Kolonel Hanif Rezai merupakan juru bicara Korps Shaheen Ke-209, divisi angkatan darat yang berbasis di Mazar-i-Sharif.
Dia melakukan wawancara dengan Sky News dari sebuah lokasi di luar Afghanistan, tempat dia dan keluarganya bersembunyi.
Dia merespons ucapan Presiden AS Joe Biden pada 16 Agustus, yang menyalahkan pasukan pemerintah sehingga negara mereka jatuh ke milisi.
"Harus berapa lagi putra-putri Amerika yang dikirim ke Afghanistan ketika pasukannya saja tidak punya niat?" keluhnya.
Rezai mengatakan tidak adil AS langsung menyalahkan mereka karena Afghanistan saja sudah kehilangan 66.000 tentara selama 20 tahun terakhir.
"Saya ingin menegaskan, pasukan Afghanistan berjuang keras. Adalah politisi yang kalah dalam perang, bukan militer atau kepolisian," kata dia.
Perwira tingkat menengah ini mengungkapkan, bukan penarikan dukungan ataupun personel militer asing yang membuat moral mereka merosot, melainkan karena lemahnya kepemimpinan di Afghanistan, ditambah korupsi yang merajalela di seluruh jajaran badan keamanan.
Baca juga: Begini Jawaban Taliban Ketika Ditanya Sosok Wanita yang Masuk ke Dalam Kabinet yang Baru
Baca juga: Penyanyi Folk Asal Afghanistan Fawad Andarabi Disebut Telah Tewas Dibunuh Taliban
Dia menceritakan titik balik kemerosotan mereka ketika Presiden Ashraf Ghani berkunjung ke Mazar-i-Sharif pada 11 Agustus.
Di sana, Ghani melakukan pertemuan dengan Ata Mohammad Noor dan Abdul Rashid Dostum, yang merupakan panglima milisi setempat.
Ghani menjanjikan 15 juta Afghanis atau 130.000 poundsterling (Rp 2,5 miliar) untuk dukungan tambahan orang yang bersedia melawan Taliban.
"Jumlah itu hampir tidak cukup untuk membiayai pengeluaran mereka, dan melemahkan niat mereka membela tanah dan negaranya," keluh Rezai.
Tiga hari kemudian, Mazar-i-Sharif yang merupakan salah satu benteng terkuat di utara Afghanistan jatuh ke tangan Taliban.
Keesokan harinya atau pada 15 Agustus, ibu kota Kabul jatuh juga dan Presiden Ashraf Ghani melarikan diri.
Dari pengasingannya di Uni Emirat Arab, Ghani membantah bahwa dia sudah meninggalkan Kabul dengan koper penuh uang.
Akan tetapi, Kolonel Rezai tidak memercayai ucapannya. Dia mengatakan, sejak awal Ghani tidak serius mengurus negara.
"Sejak hari pertama, korupsi merupakan hal yang dia lakukan," jelas Rezai dalam wawancara yang dipublikasikan pada Minggu (29/8/2021).
Dalam laporannya, intelijen AS menerangkan korupsi yang terjadi secara endemik di politik dan militer berkontribusi atas jatuhnya Afghanistan.
Rezai mengisahkan, bahkan setelah pasukan asing menarik diri, beberapa barang yang ditinggalkan kemudian dijual dan segelintir orang mengantongi uangnya.
Baca juga: Berbalik Mendukung, Sosok Orang-orang Terkenal di Afganistan Ini Malah Ingin Bicara dengan Taliban
Si perwira mengatakan, jika dia mau, dia bisa menceritakan semua sektor yang para pejabatnya melakukan rasuah.
Rezai yakin, banyak rakyat Afghanistan yang menentang Taliban, dan pemerintahan milisi itu takkan berlangsung lama.
"Jika mereka tidak membentuk pemerintahan yang inklusif, saya yakin sesuatu yang lebih kuat dari Aliansi Utara akan datang," cetusnya, seperti dikutip dari Kompas.com
Rezai merujuk kepada kelompok perlawanan di Lembah Panjshir, yang dibentuk Amrullah Saleh dan Ahmad Massoud.
Amrullah Saleh merupakan wakil presiden di pemerintahan Ghani, yang mengumumkan dirinya sebagai pemimpin sah begitu presidennya kabur.
Sementara Massoud merupakan putra Ahmad Shah Massoud, pemimpin perlawanan yang terkenal sejak era Uni Soviet.
Saat membentuk pasukan gerilya, Massoud berseloroh, dia membutuhkan bantuan logistik ataupun persenjataan untuk Front Perlawanan Nasional.
Kolonel Rezai menjelaskan, dia yakin bahwa bantuan tengah dikirimkan, meski enggan menyebut dari mana asalnya.
Baca juga: Rusia Turun Tangan Usai Taliban Masuk ke Afganistan, Kerahkan Ribuan Tentara, Ini yang Dilakukan
Dia melanjutkan jika terbentuk kelompok yang begitu kuat, dia akan kembali pulang dan mengangkat senjata.
Rezai menambahkan, suatu saat dia dan keluarganya ingin kembali ke Afghanistan sebagai warga sipil biasa.
Namun, untuk saat ini, dia mengaku tidak bisa melihat perdamaian, apalagi 20 tahun penuh konflik sejak AS menggelar invasi.
(Tribunpekanbaru.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/pejuang-taliban-menaklukan-kota-kandahar-di-afghanistan.jpg)