Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Tidak Pernah Turun ke Masyarakat, Anggota DPR RI PKS Dapil Riau Disorot

Dua anggota DPR RI dari PKS Dapil Riau jadi sorotan. Satu orang rajin datangi warga, yang lainnya tak pernah muncul di tengah masyarakat

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Nurul Qomariah
Tribun Pekanbaru/Istimewa
Ketua DPP PKS Koordinator Wilayah Sumbagut Hendry Munief mengakui terjadi ketimpangan antara dua anggota DPR RI dari PKS Dapil Riau, Syahrul Aidi dengan Khairul Anwar. 

Sebelumnya, Anggota DPRD Provinsi Riau Abdul Kasim mengkritisi kenaikan harga pupuk yang meningkat hingga 75 persen membuat para petani sawit menjerit dan kelabakan.

Hal itu mengakibatkan biaya produksi menjadi mahal, kendati harga TBS sawit sedang dinikmati petani.

Tingginya harga pupuk hingga tiga bulan terakhir ini membuat para petani sawit terancam tumbang.

Kondisi tersebut mendapat sorotan tajam oleh Anggota DPRD Provinsi Riau Abdul Kasim, yang juga Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Dumai.

Menurutnya, kenaikankan harga pupuk yang dilakukan oleh Kementan, tidak memikirkan petani swadaya yang sekarang ini masih terseok-seok dalam menerapkan normalisasi pemupukan, yang dilakukan oleh masyarakat perkebunan dan petani holtikultura.

"Ini jelas mematikan petani swadaya masyarakat. Karena kenaikan harga Tandan Buah Segar (TBS) tidak seimbang dengan kenaikan pupuk. Maka kami dari Apkasindo harus bersuara atas kenaikan pupuk ini,"ujar Legislator asal Dumai itu.

Karena menurut Abdul Kasim jeritan masyarakat petani dan perkebunan kelapa yang swadaya sangat berhimbas kepada penghasilan mereka.

Kenaikan harga pupuk juga berimbas juga kepada program replanting yang ditunda.

Abdul Kasim pun mempertanyakan, apakah kenaikan pupuk ini ada konspirasi pengusaha besar terhadap petani swadaya, sehingga petani swadaya hasilnya produksinya tidak meningkat.

Maka, dirinya meminta pemerintah Komisi IV DPR RI dapat segera turun tangan untuk membantu kendalikan harga pupuk nonsubdisi khususnya kepada petani sawit.

"Sebab, petani sawit tidak pernah berdoa mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi. Dalam arti, harus berjuang dengan ongkos biaya produksi sendiri untuk memperoleh pupuk berkualitas bagus,"jelas Abdul Kasim.

( Tribunpekanbaru.com / Nasuha Nasution )

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved