Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Miris, Muncul untuk Pertama Kali ke Publik, Petinggi Taliban Ini 'Mengemis' ke Negara lain

Mirisnya pejabat Taliban, Tak sanggup menghadapi kondisi Afganistan yang diambil alih, petinggi Taliban ini memilih minta bantuan negara lain.

Editor: Budi Rahmat
Wakil KOHSAR / AFP
Orang-orang Afghanistan berkumpul di sepanjang jalan saat mereka menunggu untuk naik ke pesawat militer AS untuk meninggalkan negara itu, di bandara militer di Kabul pada 20 Agustus 2021, beberapa hari setelah militer Taliban mengambil alih Afghanistan. 

Ia menjabat sebagai menteri luar negeri dan wakil perdana menteri dalam rezim pemerintahan Taliban sebelumnya antara 1996-2001.

Dia ditempatkan dalam daftar sanksi Dewan Keamanan PBB yang terkait dengan "tindakan dan kegiatan" Taliban.

Taliban mohon bantuan 

Pemerintah Taliban saat ini menghadapi serangkaian tantangan, khususnya untuk pemulihan ekonomi negara yang bobrok, bantuan internasional diblokir.

Sebelumnya di bawah pemerintah yang didukung AS, 75 persen dari anggaran nasional Afghanistan disangga oleh bantuan internasional.

Inflasi dan pengangguran telah melonjak di Afghanistan, sementara sektor perbankan negara itu telah runtuh sejak pengambilalihan Taliban.

Krisis keuangan diperparah ketika Washington membekukan sekitar 10 miliar dollar AS (Rp 1.436 triliun) aset yang disimpan dalam cadangannya untuk Kabul.

Semakin memburuk setelah Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional menghentikan akses Afghanistan ke pendanaan.

Baca juga: Militer Australia Antar Nyawa ke Afganistan, Susah Payah Tangkap Taliban Hanya untuk Dilepas Lagi

Badan-badan bantuan PBB telah memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan besar sedang berlangsung di Afghanistan, dengan penduduk negara itu diperkirakan akan menghadapi kelaparan musim dingin tahun ini.

Situasi yang memburuk dengan cepat telah memaksa warga Afghanistan untuk menjual barang-barang rumah tangga mereka guna mengumpulkan uang untuk makanan dan kebutuhan pokok lainnya.

"Kami meminta semua organisasi amal internasional untuk tidak menahan bantuan mereka dan untuk membantu bangsa kita yang lelah...sehingga masalah rakyat dapat diselesaikan," kata Akhund dalam pidatonya, bersikeras bahwa masalah yang dihadapi negara adalah hasil dari pemerintahan sebelumnya.

Ketika Taliban berjuang untuk muncul sebagai badan pemerintahan, kelompok itu juga menghadapi tantangan berat dari kelompok ISIS yang telah melakukan beberapa serangan brutal.

Perundingan AS-Taliban akan membahas beberapa masalah, seperti memerangi ancaman ISIS dan Al-Qaeda, serta bantuan kemanusiaan ke Afghanistan.

Pembicaraan AS-Taliban juga akan fokus pada bagaimana menawarkan jalan keluar yang aman dari Afghanistan bagi warga kedua negara yang bekerja untuk Washington selama perang 20 tahun.

Baca juga: Taliban Kalahkan ISIS di Afghanistan, Jubir Sebut Ratusan Anggota ISIS Ditangkap

Washington bersikeras bahwa setiap dukungan keuangan dan diplomatik kepada Taliban didasarkan pada kondisi tertentu, seperti mendirikan pemerintahan yang inklusif serta menghormati hak-hak minoritas, perempuan, dan anak perempuan termasuk pendidikan.

"Pendidikan anak perempuan sebagian besar telah dilanjutkan dan ada harapan bahwa pendidikan akan difasilitasi lebih lanjut," kata Akhund, menunjukkan bahwa itu akan dibimbing sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

(Tribunpekanbaru.com)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved