MOMOK Cina, Klaimnya bikin Banyak Negara Ketakutan, Filipina sampai Beli Anti Rudal, Ada Apa?
Klaim Cina benar-benar menjadi momok bagi negara lainnya. Salah satunya Filipina. Mereka sampai rela beli sistem anti rudal dari negara India
TRIBUNPEKANBARU.COM- Momok Cina. Klaimnya, tak hanya Amerika Serikat dan Tiawan saja yang dibikin 'ketakutan'.
Filipina kini juga dalam siaga penuh untuk menghadapi agresi Cina.
Hal itu terkait dengan keberadaan laut cina selatan yang hingga kini masih menjadi perebutan dari beberapa negara.
Baca juga: Kacau, China Menggila, Jatuhkan Bom dan Letakkan Ranjau di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan
Di antaranya, Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Nega-negara ini sepertinya terus mempersiapkan diri terkait dengan upaya yang dilakukan Cina.
Terbartu Filipina yang rela menggunakan uang negaranya untuk membeli peralatan tempur dari India
Filipina setuju membeli sistem rudal anti-kapal dari India, yang akan menopang sistem keamanannya dalam menghadapi peningkatan agresi China di Laut China Selatan.
AFP melaporkan, militer Manila adalah salah satu pasukan dengan perlengkapan yang paling buruk di Asia, sebelum pendahulu Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Benigno Aquino, memulai program modernisasi sederhana pada 2012.
Meski demikian, perlengkapan militernya masih belum bisa menandingi negara adidaya tetangganya, China.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana memberikan sedikit rincian tentang kontrak senilai hampir 375 juta dollar AS (Rp 5,3 triliun) yang diberikan kepada BrahMos Aerospace untuk, memasok sistem rudal anti-kapal berbasis pantai ke Angkatan Laut Filipina.
BrahMos - perusahaan patungan antara India dan Rusia - telah mengembangkan rudal jelajah yang menurut kementerian pertahanan India adalah yang tercepat di dunia.
Baca juga: Cara China Klaim Laut Cina Selatan, Kapal yang Masuk Harus Lapor, Kalau Tidak. . .
Baca juga: TAK MENCLA MENCLE: Presiden Filipina Duterte Siap Perang di Laut Cina Selatan, Singgung Harta Karun
Filipina akan menjadi negara pertama yang membelinya. Kementerian pertahanan India menolak berkomentar menurut laporan AFP.
Kesepakatan itu mencakup pelatihan untuk operator dan pengelola serta dukungan logistik, kata Lorenzana di Facebook di mana ia mengunggah salinan "Pemberitahuan Penghargaan".
Duterte telah berusaha memperoleh sistem rudal untuk militer Filipina di bawah program modernisasi yang disebut "Cakrawala Kedua".
"Itu bagian dari pertahanan teritorial kami," kata Kolonel Ramon Zagala, juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina.
Sistem itu akan bertindak sebagai pencegahan bagi calon agresor karena "Anda dapat mencapai target dari jauh", katanya kepada AFP.
Analis militer dan sejarawan Jose Antonio Custodio mengatakan kepada AFP bahwa sistem itu kemungkinan akan ditempatkan di sisi barat pulau utama Luzon atau di pulau Palawan. Tetapi dia mengesampingkan pulau-pulau Spratly karena "kurangnya tempat penyembunyian".
Ketegangan di Laut Cina Selatan meningkat tahun lalu, dengan Manila dan Beijing saling menuduh terjadi pelanggaran teritorial.
Baca juga: Konflik di Laut China Selatan, Benarkah Malaysia & China Sudah Siap Perang? Tolak Kapal-kapal Cina
Baca juga: Bikin China Marah Besar, Diam-diam Pasukan Amerika Latih Pasukan Khusus Taiwan, Ini Ancaman Cina
China mengeklaim hampir semua jalur air, yang dilalui perdagangan triliunan dolar setiap tahun itu, bersaing dari Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Beijing telah mengabaikan putusan 2016 oleh Pengadilan Arbitrase Permanen yang berbasis di Den Haag bahwa klaim historisnya tidak berdasar.
Dirembak Meriam Air
Filipina pada Kamis (18/11/2021) menuduh kapal Penjaga Pantai China menembakkan meriam air ke kapal yang mengirimkan pasokan untuk personel militer Filipina di Laut China Selatan, dan memerintahkan Beijing untuk menyingkir.
Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin mengatakan, dia marah, mengecam, dan protes ke Beijing atas insiden itu, yang katanya terjadi pada Selasa (16/11/2021) ketika kapal-kapal Filipina melakukan perjalanan ke Second Thomas Shoal di Kepulauan Spratly yang diperebutkan.
"Untungnya, tidak ada yang terluka; tetapi kapal kami harus membatalkan misi pasokan mereka," kata Locsin di Twitter.
Ia menggambarkan tindakan tiga kapal China memblokade dan menggunakan meriam air sebagai ilegal.
Locsin menyebut kapal Filipina sebagai publik, menunjukkan bahwa mereka adalah kapal sipil, dan mengatakan mereka dilindungi oleh pakta pertahanan bersama dengan Amerika Serikat.
Baca juga: Bermain dengan Gajah di TWA Buluh Cina Sambil Nikmati Pemandangan Alam, Ada 7 Danau
Baca juga: Saat Amerika Serikat dan Inggris Mengganggu, Cina Pamerkan Alat Tempur Canggih dan Paling Baru
"China tidak memiliki hak penegakan hukum di dalam dan di sekitar wilayah ini," tambahnya dikutip dari AFP. "Mereka harus waspada dan menyingkir."
Ketegangan atas Laut China Selatan yang kaya sumber daya melonjak tahun ini setelah ratusan kapal China terdeteksi di Whitsun Reef, yang juga berada di kepulauan Spratly.
China mengeklaim hampir seluruh Laut China Selatan, yang dilalui komoditas perdagangan senilai triliunan dollar setiap tahun, dengan klaim yang disaingi oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Adapun Beijing mengabaikan keputusan pengadilan internasional 2016 yang menyatakan klaim historisnya atas sebagian besar Laut China Selatan tidak berdasar.(*)
(Tribunpekanbaru.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/ini-gawat-china-disebut-masukkan-indonesia-dalam-daftar-untuk-lokasi-pangkalan-militer-mereka.jpg)