Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berbahaya! Pemindahan Ibukota Negara dari Jakarta ke Kalimantan, Ini Alasannya

Mantan KSAL Laksamana Slamet Soebijanto menilai pemindahan Ibukota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan berbahaya bagi sistem pertahanan negara

Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Rinal Maradjo
instagram@nyomannuarta
Desain Istana Negara yang Baru di Ibukota Negara di Kalimantan Timur. Ibukota Negara baru itu dinilai berbahaya bagi pertahanan negara 

Ia juga menyentil, rencana di balik pemindahan itu, bermotifkan pada kepentingan oleh kelompok-kelompok tertentu.

Sebab pemindahan itu ia nilai bukan atas dasar kepentingan bangsa dan negara.

"Secara tidak langsung, dia itu adalah pengkhianat bangsa,"katanya.

Ancaman Bagi Lingkungan Hidup

Sebelumnya, Wahana Lingkungan Hidup ( Walhi) Kalimantan Timur menilai Pemindahan Ibukota Negara akan memberi ancaman kepada masyarakat dan lingkungan hidup.

Hal itu disampaikan oleh Yohana Tiko, Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Timur dalam Talkshow Indonesia Lawyer Club yang ditayangkan melalui kanal Youtube @indonesialwayerclub pada Jumat (21/1/2022)

Ia mengatakan, proyek Ibukota Negara yang akan menghabiskan anggaran sekitar Rp 1000 triliun itu akan memberikan banyak ancaman terhadap masyarakat, lingkungan dan satwa.

Ada tiga permasalahan mendasar jika IKN dipaksakan tetap berada di kawasan Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Penajem Paser Utara dan Kabupaten Kutai Timur.

Yohana mengatakan, ancaman pertama adalah terganggunya tata air di kawasan itu, kawasan lindung dan juga bentang alam di Teluk Balikpapan.

Baca juga: INI 3 Ancaman Jika Ibukota Negara Pindah, Walhi Lakukan Penolakan

Baca juga: Media Asing Sorot Pemindahan Ibukota Negara, Dinilai Telan Biaya Besar

Letak kawasan IKN, itu berada di antara hutan konservasi Taman Hutan Bukit Suharto, Hutan Lindung Manggar dan Hutan Lindung Bukit Senewai

"kawasan itu adalah sumber air bersih bagi masyarakat Kota Balikpapan, Panajam Paser Utara, dan Kota Samarinda," sebutnya.

Yohana menyebutkan, jika kawasan itu dibuka, maka daerah serapan air alami itu akan hilang dan menganggu pasokan air bersih bagi masyarakat.

Permasalahan kedua, lanjut Yohana, adalah ancaman terhadap Flora dan Fauna serta meningkatnya resiko konflik satwa dan manusia.

"Beberapa flora dan fauna endemik Kalimantan Timur juga terancam punah. Seperti bekantan, pesut dan dugong," katanya.

Perempuan yang juga anggota dari Koalisi Masyarakat Menolak Ibukota Negara itu juga menguraikan kerusakan terhadap ekosistem mangrove di Teluk Balikpapan.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved