Berita Kampar
Permukaan Sungai Kampar Naik, Pembudidaya Ikan dengan Tambatan Keramba Seperti Ini Lebih Berisiko
Luapan sungai, dampak naiknya debit air Sungai Kampar berisiko kepada pembudidaya ikan dengan keramba apung.
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: M Iqbal
TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - Permukaan aliran sungai di Kampar naik. Bukan saja banjir karena luapan sungai, dampak naiknya debit air juga berisiko kepada pembudidaya ikan dengan keramba apung.
Salah satu kawasan lumbung budidaya ikan dengan keramba apung yaitu di aliran Sungai Kampar. Kawasan paling rawan di sisi hilir Waduk PLTA Koto Panjang.
Sekretaris Dinas Perikanan Kampar, Dwi Agusrianto mengakui adanya kenaikan permukaan aliran Sungai Kampar setelah pintu pelimpah waduk dibuka.
"Ada dua kali itu pembukaan pintu waduk. Memang ada kenaikan dan memang cukup berisiko bagi keramba," ungkapnya kepada Tribunpekanbaru.com, Minggu (17/12/2023).
Ia mengapresiasi pengelola waduk yang mengeluarkan pemberitahuan lebih awal bahwa pintu pelimpah akan dibuka. Sehingga masyarakat pembudidaya memiliki waktu yang cukup mengamankan keramba mereka.
Baca juga: Sempat Melonjak, Debit Air dari Hulu Waduk PLTA di Kampar dan Elevasi Turun
Penyuluh perikanan sudah diminta tetap siaga memantau kerawanan terhadap keramba. Di samping itu, sebagian pembudidaya juga masih dapat memanen.
Ada pembudidaya menggeser kerambanya ke tempat lebih aman. "Sampai sekarang belum ada laporan keramba putus. Alhamdulillah tahun ini lebih aman dari tahun sebelumnya," katanya.
Masih Ada Ditambat di Pohon
Dwi Agusrianto menyebutkan, tak kurang dari 1.000-an keramba di aliran Sungai Kampar. Semua tersebar di sisi hilir Waduk PLTA Koto Panjang. Belum termasuk keramba di kawasan perairan waduk.
Banyaknya keramba itu mulai dari Desa Merangin Kecamatan Kuok sampai Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu. Di antara keramba sudah ditambat dengan kuat sesuai standar.
Dwi menyebutkan, ada enam titik penambatan yang dibangun dengan bantuan dari Pemerintah Provinsi Riau. Penambatan itu dicor dalam tanah dan disambung dengan tali sling.
Dari enam titik penambatan itu paling banyak di Desa Ranah Kecamatan Kampar. Lainnya di desa tetangganya.
"Sampai sekarang, penambatan bantuan dari provinsi itu masih kuat. Padahal sudah bertahun-tahun. Baru satu yang rusak," katanya.
Ia mengakui, adanya pembudidaya yang masih menambatkan kerambanya di pepohonan sekitar aliran sungai. Hal ini, kata dia, cukup rawan.
Tingginya animo masyarakat membudidaya ikan dengan keramba cukup tinggi. Ada di antara mereka membuat keramba di zona-zona yang rawan. Alasannya, dekat dengan pemukiman mereka.
| Pemkab Kampar Miliki Saldo Modal Rp204,3 Miliar pada 8 BUMD, Ada yang Mengendap, Ini Rinciannya |
|
|---|
| Dinas PUPR Kampar Sebut 40 Ha Kawasan Candi Muara Takus Milik Waduk PLTA, Situs dalam HPK |
|
|---|
| Dua Hari Warga Siabu Kampar Turun ke Jalan, Adang Kendaraan PT Ciliandra |
|
|---|
| Dua Pekan Barista Wanita Muda Hilang di Kampar, Keluarga Curiga Isi Pesan yang Masuk ke Polsek |
|
|---|
| Kawasan Candi Muara Takus Masih Milik Waduk PLTA di Kampar, Pengelola: Dulu Ikut Diganti Rugi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/balok-keramba-sungai-kampar.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.