Siswa SMP Tewas di Padang
Soroti Kasus Afif Maulana, Mantan Kabareskrim Polri Menilai Polda Sumbar Ceroboh
Polda Sumbar menegaskan Afif tewas merupakan pelaku tawuran yang melompat ke sungai untuk menghindar dari tangkapan polisi yang tengah patroli.
Sunso pun berharap, bahwa penyidik kepolisian bisa bekerja secara profesional dan baik. Sehingga, kasus Pegi Setiawan yang dituduh membunuh Vina dan Eki di Cirebon serta Afif ini tak terulang kembali dan menjadi pelajaran berharga bagi Polri.
Dia juga meminta seluruh jajaran Polri agar berhati-hati terhadap pihak-pihak yang selalu memberikan pujian kepasa institusi Bhayangkari itu. Sebab, menurutnya, pujian itu justru bisa menjadi serangan bagi Polri.
“Pengawas kita itu bukan saja pengawas internal atau pengawas ekternal lembaga resmi, pengawas sekarang itu seluruh rakyat Indonesia,” jelasnya.
Berikut petikan wawancara dengan Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen (Purn) Susno Duadji bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra terkait kasus Afif Maulana yang meninggal di Sumatera Barat:
Pak Susno ini agak melengkeng sedikit pada waktu yang bersamaan juga ada sorotan terkait dengan apa ya seorang bocah meninggal di Sumatera Barat, Afif namanya Pak Susno ngikutin nggak yang kemudian dianggap sebagai kecelakaan tunggal karena dia terjun, tetapi tubuhnya banyak. Bagaimana Pak Susno?
Pertama saya mengikuti, pertama terlalu cepat kapoldanya memberikan kesimpulannya. Kesimpulannya bahwa tidak terjadi kesalahan prosedur di jembatan, memang ada kesalahan prosedur di Polsek.
Kemudian si Afif ini tidak di Polsek, kata saksi tapi kata saksi ini kan belum didukung alat bukti saintifik kan, mustinya apa betul Afif tidak ada disitu harus ada CCTV-nya. Katanya CCTV-nya udah penuh muatan muntah ya nggak bisa mantul lagi, saya ini bukan orang teknis loh nggak terekam ya. Baru beberapa hari udah nggak bisa masuk kayak orang udah kekenyangan aja.
Nah terus di atas jembatan tidak terjadi kesalahan tersedur tapi kok ada orang mati di bawah, mestinya jangan terlalu cepat begitu dan kalau hal-hal seperti ini yang menilai jangan Polda, minta satuan yang lebih tinggi gabungan kemudian dicek nilai. Salah apa tidak prosedurnya begitu.
Nah terus yang menilai bahwa orang itu mati karena terjun atau mati dulu baru diterjunkan kan ini harus yang namanya crime scientific. Jadi harus ada investigation forensic ya kan ada acaranya, kalau orang terjun masuk hidup itu mungkin yang patah kakinya, tapi ini kan yang patah rusuknya kan.
Jangan kita memberikan tafsiran sendiri kemudian menyimpulkan sendiri, akhirnya orang nggak percaya.
Apalagi lagi ada kasus Cirebon ini polisi pada titik terendah. Kalau kita buka komentar seratus yang berkomental mungkin 99 negatif. Nah sehingga akhirnya terdampak kemana-mana seindonesia orang nggak percaya.
Menghindari itu jangan disimpulkan sendiri, yang berikut ada lagi suatu hal yang agak kurang bagus misalnya mengapa ini viral, cari siapa yang memviralkan, sekarang ini jaman apa namanya apapun diviralkan. Jangankan polisi presiden pun kalau diviralkan.
Jadi itu nggak penting siapa yang memviralkan?
Enggak, ga ada pentingnya. Pentingnya itu kalau viral itu memacu kita kerja lebih baik, kalau mau dipiralkan viral yang bagus ‘hebat polisi waduh suka nolong orang nggak mau begini’ viralnya boleh, kita mengharapkan viral itu viral yang bagus dengan viral bubarkan saja polisi janganlah berubah.
Aku yang sudah pensiun ini kan sedih.
LBH Padang Soroti Hasil Ekshumasi jenazah AM , Ada Detil yang Belum Dijelaskan |
![]() |
---|
UPDATE Kasus Afif Maulana: Hasil Ekshumasi Dirilis, Jelaskan Kondisi Sumsum Tulang Belakang Korban |
![]() |
---|
Menanti Hasil Autopsi Ulang Jasad Afif Maulana, Ketua Tim Sebut Bakal Lebih Lama dari Biasa |
![]() |
---|
Jenazah AM Dua Kali Diotopsi, KPAI : Pertamakali di Indonesia dan Tak Wajar |
![]() |
---|
Keluarga Harus Bersabar, Pemeriksaan 19 Sampel dari Jenazah AM Butuh Waktu hingga Lima Pekan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.