Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Dokter di Semarang Tewas dalam Kos

Temuan Mengerikan Mahasiswa Kedokteran di Indonesia yang Depresi Berat: Jumlah hingga Penyebab

Dia menulis menjadi mahasiswi kedokteran yang cukup berat dan menulis tentang seniornya di tempat praktik.

freepik
Illustrasi gejala depresi berat 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Kondisi Darurat dalam Pendidikan Dokter Spesialis, begitu laporan yang dirilis kompas  pada 17 April 2024.

Artikel tersebut memuat sejumlah temuan mengerikan tentang kondisi mahasiswa kedokteran spesialis di Indonesia.

Laporan di atas diperkuat dengan kejadian yang baru saja terjadi di Jawa Tengah, Semarang.

Seorang Dokter beranama Aulia Risma Lestari tewas dalam kosnya di Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang pada Senin (12/8/2024).

Korban diketahui mahasiswi program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestasi Universitas Diponegoro (Undip).

Di dalam kamar kos itu, ditemukan buku harian Aulia.

Dia menulis menjadi mahasiswi kedokteran yang cukup berat dan menulis tentang seniornya di tempat praktik.

Kompas.id, dalam skrinning yang dilakukan, menemukan 

12.121 mahasiswa PPDS di 28 rumah sakit milik Kemenkes pada Maret 2024, sebanyak 22,4 persen mahasiswa mengalami gejala depresi.

Sebanyak 3,3 persen atau 399 orang di antaranya mengalami gejala depresi berat. 

Mereka mengaku lebih baik mengakhiri hidup atau ingin melukai diri.

Angka-angka ini bukanlah jumlah yang sedikit untuk kasus kesehatan mental dalam satu jenjang pendidikan.

Baca juga: Kapolri Jenderal Listyo Langsung Periksa Iptu Rudiana, Eks Kabareskrim: Informasi A1

Baca juga: Curhatan Dokter Aulia Sebelum Tewas di Kamar Kos: Singgung Senioritas di Undip dan RSUP Dr Kariadi

Tentu juga bukan sebuah kebetulan para mahasiswa tersebut sama-sama mengalami depresi.

Jika kita tengok ke belakang, kondisi para mahasiswa tersebut relevan dengan pemberitaan di media massa pada medio 2023.

Saat itu, sejumlah media memberitakan kasus perundungan yang dialami para mahasiswa PPDS, pelakunya terutama para senior di PPDS.

Terkait hal ini, Kemenkes juga membuka dua saluran pelaporan kasus perundungan melalui kanal di situs web Kemenkes dan nomor telepon (hotline).

Hasilnya, dalam jumpa pers Kemenkes yang juga diunggah di kanal Youtube pada 21 Juli 2023, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap adanya praktik perundungan terhadap mahasiswa PPDS di sejumlah rumah sakit milik Kemenkes.

Para mahasiswa PPDS tersebut mendapat tekanan secara fisik, mental, juga finansial dari para senior.

Kemenkes pun menegur tiga rumah sakit atas kasus perundungan terhadap mahasiswa PPDS tersebut (Kompas.id, 17/8/2023).

Tiga rumah sakit itu adalah RS Cipto Mangunkusumo, RS Hasan Sadikin, dan RS H Adam Malik.

Baca juga: UPDATE Dokter di Semarang Tewas dalam Kos: dr Tafakurrozak Bongkar Korban Selain dr Aulia

Baca juga: Kondisi Saka Tatal Usai Sumpah Pocong, Susno Duadji Singgung Aep

Sejauh ini belum ada informasi bagaimana tindak lanjut teguran tersebut.

Namun, yang jelas, dari hasil skrining kesehatan jiwa terhadap mahasiswa PPDS, mahasiswa dari RS Cipto Mangunkusumo dan RS Hasan Sadikin termasuk yang paling banyak terindikasi mengalami gejala depresi. Tentu ini juga bukan sebuah kebetulan.

Dari kasus tersebut, kita tidak bisa menafikan bahwa kasus perundungan dan depresi yang dialami para mahasiswa PPDS tersebut berkaitan.

Korban perundungan, ketika tidak dapat membela diri dan terpaksa berada dalam situasi tersebut karena senior mempunyai andil menentukan nilai, berpotensi mengalami depresi.

Ini seperti terjadi pada kasus-kasus perundungan pada umumnya yang terjadi karena ada ketimpangan relasi kuasa.

Dalam beberapa kasus, yang paling fatal, korban perundungan bunuh diri.

Bukan hanya menyebabkan mahasiswa PPDS depresi, perundungan juga bisa menyebabkan mahasiswa PPDS putus kuliah. 

Dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan sebuah platform edukasi kedokteran daring pada 30 April 2023 dan disiarkan di kanal Youtube, seorang dokter memberikan testimoni, dia berhenti kuliah calon dokter spesialis karena perundungan yang dialaminya.

Hal itu dia sampaikan dalam sesi tanya jawab dengan Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Moderator acara tersebut, yang juga seorang dokter, membenarkan bahwa praktik perundungan terhadap mahasiswa PPDS nyata adanya dan sudah berlangsung puluhan tahun dan cenderung ditutupi.

Langkah Kemenkes untuk segera menangani para mahasiswa yang mengalami depresi dengan memberikan perawatan patut diapresiasi.

Ini langkah mendesak agar tidak berdampak semakin parah, apalagi terhadap 339 mahasiswa PPDS yang mengaku lebih baik mengakhiri hidup atau ingin melukai diri. 

Ini gejala depresi berat yang mendesak diatasi.

Selengkapnya baca laporan tersebut melalui link di bawah ini:

LINK

DISCLAIMER: Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri.

Warga Semarang dan Jawa Tengah bisa menghubungi RSJ Amino Gondohutomo Semarang telp (024) 6722565 atau RSJ Prof Dr Soerojo Magelang telp (0293) 363601.

(TRIBUNPEKANBARU.COM)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved