Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Siswa SD di Inhu Korban Bully

Polres Inhu Jadikan Hasil Outopsi untuk Penyelidikan Lebih Lanjut Kasus Perundungan Anak

Hasil outopsi tim forensik akan dijadikan sebagai bahan untuk penyelidikan lebih lanjut kasus perundungan anak di Inhu.

Penulis: Dian Maja Palti Siahaan | Editor: M Iqbal
Tribunpekanbaru.com/Palti Siahaan
KONFRENSI PERS - Polda Riau menggelar konferensi pers terkait dugaan kekerasan pada anak, Rabu (4/6/2025). 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kapolres Inhu, AKBP Fahrian Saleh Siregar mengatakan hasil outopsi tim forensik akan dijadikan sebagai bahan untuk penyelidikan lebih lanjut kasus perundungan seorang siswa SD di sekolah yang ada di Kecamatan Siberida, Inhu. Tim forensik sendiri sudah memaparkan penyebab kematian siswa yang sempat menjadi perhatian tersebut.


"Hasil outopsi ini akan jadi pegangan kita untuk melakukan penyelidikan," kata Fahrian Saleh Siregar di Mapolda Riau usai konferensi pers dugaan kekerasan pada anak di Mapolda Riau, Rabu (4/6/2025).


Ia juga menegaskan proses penyelidikan kasus ini masih berjalan. "Penyelidikan nasihat berjalan," tegasnya.


Seperti diketahui, seorang siswa yang duduk di kelas II SD di Inhu mengalami perundungan oleh kakak kelasnya, kelas V. Perundungan terjadi beberapa kali.


Terjadi perubahan sikap sang anak yang dilihat kedua orangtuanya. Melihat hal tersebut, kedua orangtua pun mencari tau dan akhirnya mengetahui sang anak mengalami perundungan.


Singkatnya, pada 26 Mei, sang anak meninggal dunia usai menjalani perawatan di rumah sakit. Nah, setelah sang anak meninggal, orangtua si anak pun melaporkan kasus perundungan ke pihak kepolisian.


Sejak saat itu, beredar kabar si anak meninggal akibat perundungan. Sontak kasus ini menjadi perhatian nasional.


Tim forensik sendiri sudah mengeluarkan hasil outopsi sang anak. Hal ini disampaikan bersamaan dengan konferensi pers.


"Berdasarkan hasil yang didapat dari fakta pemeriksaan dan fakta pendukung, bahwa pada pemeriksaan mayat, usia 8 tahun, ditemukan memar pada perut, paha, dada, dan jaringan lemak perut sebelahnya kiri. Yang diakibatkan oleh kekerasan," kata AKBP Supriyanto mulai memaparkan hasil autopsi.


"Selanjutnya kami menemukan beberapa kelainan diantaranya kebocoran pada daerah usus di daerah perut sebelah kanan," tambahnya.


Tim forensik pun menyimpulkan bahwa kematian sang anak akibat infeksi sistemik yang diakibatkan infeksiyang luas pada rongga perut dari pencahayaan usus buntu.


"Jadi Kami menyimpulkan bahwa sebab mati pada mayat ini adalah akibat infeksi sistemik yang diakibatkan adalah infeksi yang luas dari rongga perut dari pecahnya usus buntu," kata Supriyanto.


Dari hasil tim forensik tersebut, perundungan memang ada. Lapiran tim forensik yakni ditemukan memar pada perut, paha, dada, dan jaringan lemak perut sebelahnya kiri yang diakibatkan oleh kekerasan.


Hasil forensik tidak ada menyebut memar pada perut sebelah kanan.


Dirkrimum Polda Riau Kombes Pol Asep Darmawan mengakui selama ini penyebab meninggalnya si anak akibat perundungan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved