Berita Viral

GEGER, Pengakuan Wanita yang Berhubungan Intim dengan 11 Oknum Biksu, Hidup Mewah dari Uang Setoran

Viral dan bikin geger. Seorang wanita yang mengaku berhubungan intim dengan 11 oknum biksu. Hidup mewah dari uang Biksu. Kok bisa

Editor: Budi Rahmat
net
OKNUM BIKSU- Geger oknum biksu yang berhubungan intim dengan satu wanita 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Geger, 11 oknum biksu disebut telah melakukan hubungan seksual terlarang dengan satu perempuan.

Untuk pelampiasan hasratnya itu, para biksu harus membayar. Dan mereka sengaja diperas sang perempuan untuk kebutuhan mewah.

Tak tanggung-tanggung, perempuan yang membuat geger itu mengatakan bahwa ia sekali belanja dari uang pemberian oknum bisa bisa mencapai Rp 1,4 miliar.

Tentu saja itu menjadikan dirinya super mewah. Dan kini pengakuannya bikin rakyat Thailand goncang. 

Baca juga: JANGAN SALAH KAPRAH, Prof Sofian Effendy ungkap Fakta Alasan Tarik Pernyataan soal Ijazah Jokowi

Bagaimana cerita 11 oknum biksu sampai berhubungan seksual dnegan satu perempuan dan menggunakan uang pemberian warga untuk hal yang tak senonoh itu?

Ya, sebuah skandal pemerasan seksual baru-baru ini menodai citra para biksu Buddha dan mengguncang kepercayaan masyarakat Thailand terhadap institusi keagamaan.

Dikutip dari France 24, Jumat (18/7/2025), pihak kepolisian Thailand pada bulan Juli 2025 menangkap seorang perempuan yang diduga menjalin hubungan seksual dengan setidaknya 11 biksu.

Tak hanya itu, perempuan tersebut juga melakukan pemerasan kepada para biksu dengan ribuan foto rahasia yang merekam hubungan tersebut.

Para biksu dikabarkan telah membayar hampir 12 juta dolar AS atau sekitar Rp 195,7 miliar (kurs hari Sabtu, 19/7/2025) yang sebagian besar berasal dari dana biara.

Dana biara tersebut diketahui bersumber dari sumbangan masyarakat yang berharap memperoleh pahala serta untuk meningkatkan prospek reinkarnasi mereka.

Kemarahan publik hingga pembatalan undangan dari raja

Dikutip dari France 24, perempuan yang terlibat dalam skandal tersebut mengaku dirinya terbiasa hidup mewah.

Para biksu yang menjadi kekasihnya kerap membawanya berbelanja hingga mencapai 90.000 dolar AS dalam sehari atau sekitar Rp 1,4 miliar (kurs hari Sabtu, 19/7/2025).

Baca juga: PILU, Gaji Ahmad Zuhdi 450 Ribu per Empat Bulan, Kini Harus Bayar 25 Juta Gara-gara Menampar Murid

Skandal ini memicu kemarahan publik atas kemunafikan dalam kehidupan para biksu. Masyarakat mulai mengkhawatirkan status keagamaan mereka yang dianggap kebal dari pengawasan hukum.

Tak hanya itu, Raja Maha Vajiralongkorn, Raja Thailand ke-10, membatalkan undangan kepada lebih dari 80 biksu yang awalnya dijadwalkan menghadiri perayaan ulang tahunnya yang ke-73.

Dalam pernyataan resminya, ia mengungkapkan alasan pembatalan tersebut karena “perilaku tidak pantas yang menyebabkan tekanan mental di tengah masyarakat Thailand.”

“Kasus ini tidak mencerminkan ajaran agama Buddha secara keseluruhan. Ini adalah persoalan yang melibatkan beberapa individu yang menyimpang,” ujar Kepala Kepolisian Nasional Thailand, Kitrat Panphet.

Panphet menjanjikan pembentukan satuan tugas baru untuk menyelidiki perilaku para biksu.

Ada 227 aturan ketat untuk biksu

Agama Buddha Theravada diketahui telah menjadi pilar spiritual masyarakat Thailand selama lebih dari 2000 tahun.

Tak hanya secara spritual, agama ini turut memengaruhi hukum nasional mereka seperti pelarangan konsumsi alkohol saat hari raya keagamaan hingga perlindungan terhadap benda-benda suci.

Secara umum, jika melihat pada tradisi, laki-laki di Thailand diharapkan untuk ditahbiskan menjadi biksu setidaknya sekali seumur hidup, walau hanya dalam hitungan minggu maupun puluhan tahun.

Orang yang ditahbiskan dan menjadi biksu akan terikat oleh 227 aturan ketat, termasuk diantaranya larangan masturbasi, menyentuh perempuan, atau menerima benda langsung dari tangan perempuan.

Pada umumnya kehidupan para biksu juga bergantung pada sedekah, persembahan makanan, dan gaji bulanan sekitar 170 dolar AS atau Rp 2,7 juta (kurs hari Sabtu, 19/7/2025).

Namun, sejumlah biksu kini mulai memperoleh pendapatan tambahan dari ceramah, pemberkatan, dan upacara keagamaan. Hal ini mengaburkan batas antara keyakinan dan kekayaan.

Bukan kasus pertama

Diketahui, skandal ini bukan yang pertama kali terjadi pada para biksu di Thailand.

Pada tahun 2017, polisi menggerebek kuil Wat Dhammakaya di utara Bangkok, Ibukota Thailand dan menangkap mantan kepala biara atas tuduhan pencucian uang sumbangan senilai 33 juta dolar AS (Rp 538 miliar per kurs hari Sabtu).

Baca juga: OTAK Pelaku Penjualan Bayi dari Bandung ke Singapura Ditangkap di Bandara, Polisi Beberkan Fakta Ini

Pada Mei 2025, aparat kembali menangkap seorang biksu di ibu kota dengan tuduhan menggelapkan hampir 10 juta dolar AS (Rp 163 miliar per kurs hari Sabtu) dari dana kuil untuk mendanai jaringan judi.

Cendekiawan agama Buddha, Danai Preechapermprasit, mengatakan skandal yang terus berulang, terutama di kalangan biksu senior, telah mengguncang masyarakat sampai ke akar-akarnya.

“Masyarakat kini mempertanyakan apakah sumbangan yang mereka berikan digunakan untuk tujuan spiritual atau justru memenuhi keinginan pribadi para biksu,” ujarnya kepada AFP.

Salah seorang pengemudi ojek di Thailand, Mongkol Sudathip (33), mengatakan ia sudah tak sepenuhnya menghormati para biksu tersebut.

“Saya sudah tidak lagi sedekat dulu dengan agama. Saya juga tidak sepenuhnya menghormatinya seperti sebelumnya," kata Mongkol kepada AFP.

Ia kini lebih memilih berdonasi langsung ke rumah sakit atau sekolah bagi anak-anak kurang mampu. Menurutnya, hal itu lebih bermakna dibanding memberikan uang ke kuil.

Salah satu anggota parlemen menjanjikan peraturan yang lebih ketat dalam tiga bulan ke depan, terhitung sejak bulan Juli 2025.

Peraturan itu mencakup kewajiban transparansi terhadap sumbangan serta hukum yang memperlakukan pelanggaran oleh biksu sebagai tindak pidana.

Kepercayaan masyarakat menurun

Dalam tradisi Buddha, para biksu dipandang sebagai pewaris spiritual Sang Buddha. Mereka dipercaya menjaga dan mewariskan ajarannya secara turun-temurun.

Namun, data menunjukkan bahwa minat untuk menjadi biksu semakin menurun. Di Wat Bowonniwet, salah satu kuil paling dihormati di Bangkok, hanya 26 orang yang ditahbiskan sebagai biksu di tahun 2025.

Angka ini menurun drastis dari hampir 100 orang yang ditahbiskan sebelum pandemi Covid-19.

Seorang biksu dari kuil tersebut, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa perubahan sosial setelah pandemi membuat masyarakat lebih memilih hidup di luar kuil.

Sementara itu, pakar Buddhisme independen, Jaturong Jongarsa, menilai bahwa kuil kini sering diperlakukan sebagai "tempat pembuangan" oleh keluarga, yakni tempat untuk mengirim pecandu narkoba atau pemuda LGBTQ dengan tujuan untuk "dikoreksi".

“Kuil tidak lagi dianggap sebagai tempat suci seperti dulu. Orang-orang membawa masalah mereka ke kuil dan berharap masalah itu akan lenyap," ujar Jaturong.

Meski begitu, tidak semua masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap agama ini.

Camphun Parimiphut (52), seorang penjaga keamanan dari Kota Maha Sarakham mengatakan ajaran Buddha tetap menjadi pedoman hidupnya.

“Agama Buddha adalah tentang ajaran, bukan tentang individu yang gagal,” ujarnya.

Ia kini lebih memilih menyumbangkan makanan daripada uang kepada biksu, sebagai bentuk keprihatinan terhadap korupsi di kalangan pendeta.

“Kalian boleh kehilangan kepercayaan pada biksu. Tapi jangan pernah kehilangan kepercayaan pada ajaran Buddha. Ajaran Buddha tetap membimbing kita untuk menjalani hidup yang baik," ujar Champun.(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved