Diversifikasi Jadi Kunci di Era Transisi Energi: PTBA Racik Batu Bara Jadi Pupuk
Pupu dari batu bara diharapkan mampu menjadi langkah baru dalam memperkuat ketahanan pangan sesuai asta cita Presiden Prabowo.
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Firmauli Sihaloho
Keberhasilan ini diharapkan mampu meningkatkan hasil panen dan mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia.
“Ini wujud konkret kontribusi Grup MIND ID dalam menghadirkan manfaat lebih luas bagi bangsa. Hilirisasi batu bara ini memberi dampak positif langsung bagi kesejahteraan masyarakat, termasuk petani,” ujar Maroef.
Grup MIND ID, kata dia melanjutkan, akan terus menciptakan nilai tambah dari mineral Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
“Komitmen kami jelas: hilirisasi harus membawa manfaat luas bagi bangsa dan sejalan dengan Asta Cita pemerintah dalam memperkuat industrialisasi, ketahanan energi, dan swasembada pangan,” tegas dia.
BA Grow bagi Pertanian Indonesia
Eko Prayitno menjelaskan bahwa BA Grow akan diproduksi dalam dua bentuk formulasi, serbuk (powder) dan cair (liquid).
Saat ini, pupuk tersebut belum secara resmi dirilis ke pasar karena dalam tahap persiapan perizinan dan administrasi produk termasuk pengurusan perizinan dasar dan perizinan berusaha.
“Kami merencanakan kapasitas produksi BA Grow mencapai sekitar 170 ton per tahun. Target utama BA Grow adalah pasar domestik dengan fokus mendukung swasembada pangan nasional, yang secara implisit mencakup spektrum luas, baik petani kecil maupun korporasi pertanian,” ulas dia.
Lahan persawahan di Bimomartani, Sleman menjadi tempat lahan percontohan penggunaan pupuk BA Grow ini. Hasan Asnawi, seorang petani mengaku penggunaan kalium humat telah membawa perubahan signifikan pada hasil panen.
"Pemakaian kalium humat terbukti meningkatkan kesuburan tanah dan hasil panen, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk urea dan NPK," jelas Asnawi dalam siaran persnya.
Oleh sebab itu, ia berharap BA Grow bisa segera digunakan oleh semua petani di Indonesia. "Hasilnya (padi) memang beda, dirasa berasnya juga lebih enak," singkat dia.
Penyuluh Pertanian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Octaviandy Silitonga mengaku baru mengetahui pupuk dari batu bara ini.
Ia terkejut sebab selama ini pupuk identik dengan bahan organik ataupun formulasi zat Kimia.
"Kalau pupuk ini benar organik seperti yang dijelaskan, tentu sangat bagus. Soalnya kalau lahan terus-terusan diberi pupuk kimia, tanah bisa jenuh dan tidak baik untuk keberlanjutan pertanian kita," singkat dia.
Terkait hal itu, Prof. Ferian Anggara mengungkapkan kalium humat merupakan pembenah tanah. Oleh karena itu, penggunaannya tetap harus dibarengi dengan pupuk lain untuk memberikan unsur-unsur yang tetap dibutuhkan oleh tanaman.
“Jadi ini bukan pengganti pupuk, tetapi ini adalah pembenah tanah. Pada saat tanahnya sudah kita benahi maka penggunaan pupuknya bisa berkurang. Jadi fungsinya adalah mengurangi penggunaan pupuknya,” jelas dia.
Bukan Pertama Kali
| 100 Contoh Soal Literasi Digital Profiling ASN 2025 Pilihan Ganda dan Essay serta Kunci Jawaban |
|
|---|
| Sejumlah Daerah di Riau Masuk Zona Rawan Banjir, Warga Diminta Waspada |
|
|---|
| Misteri Kematian Dosen Muda Untag Semarang di Kamar Hotel: AKBP B Akhirnya Buka Suara |
|
|---|
| Mendagri Minta Daerah Siaga Bencana Hidrometeorologi, di Kampar Malah Muncul Karhutla |
|
|---|
| Hotspot Nihil dan Curah Hujan Tinggi, BPBD Pelalawan Sarankan Cara Ini ke Warga Cegah Banjir |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/PUPUK-BATU-BARA-BA-Grow.jpg)