Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Wawancara Eksklusif

Campak Bisa Menyebabkan Kebutaan, Bisa Dicegah Lewat Imunisasi

Dinas Kesehatan Pekanbaru melakukan sweeping imunisasi untuk memastikan pasien campak mendapat vitamin A untuk mencegah kebutaan.

Penulis: Fernando | Editor: FebriHendra
Foto/SS Youtube Tribun Pekanbaru Official
WAWANCARA - Pemimpin Redaksi Tribun Pekanbaru, Erwin Ardan mewawancarai Epidimiolog Kesehatan Ahli Muda Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Silvia Elsih Maser, di Studio Tribun Pekanbaru, Kamis (29/10/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Dinas Kesehatan Pekanbaru mencatat total 627 kasus campak di Pekanbaru sejak Agustus hingga Oktober 2025, dengan satu kasus berujung kematian.
  • Cakupan imunisasi campak dan rubela di Pekanbaru hanya 60 persen, jauh dari target 95 persen yang memperbesar risiko penularan campak
  • Dinas Kesehatan Pekanbaru melakukan sweeping imunisasi hingga 10 November dan memastikan pasien campak mendapat vitamin A untuk mencegah kebutaan.

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Puluhan kasus campak kembali merebak di Kota Pekanbaru, dengan total 89 kasus terkonfirmasi positif. 

Bahkan, menurut data Dinas Kesehatan Pekanbaru, jumlah kasus sebenarnya jauh lebih tinggi dan telah mencapai 627 kasus sejak Agustus hingga Oktober 2025. Satu kasus di antaranya berujung pada kematian.

Salah satu penyebab utama lonjakan kasus adalah rendahnya cakupan imunisasi pasca pandemi Covid-19. 

Imunisasi lengkap campak dan rubela di Pekanbaru baru mencapai 60 persen, jauh dari target 95 persen untuk membentuk kekebalan kelompok.

Dinas Kesehatan Pekanbaru kini gencar melakukan sweeping imunisasi hingga 10 November, serta memastikan pemberian vitamin A bagi pasien campak untuk mencegah komplikasi mata. 

Masyarakat diimbau untuk segera melengkapi imunisasi anak, menjaga pola makan bergizi, dan tidak mudah percaya hoaks terkait kesehatan.

Fenomena ini menjadi sorotan dalam wawancara eksklusif podcast Ape Kesah di kanal YouTube Tribun Pekanbaru Official, yang menghadirkan narasumber Epidemolog Kesehatan Ahli Muda Dinas Kesehatan Pekanbaru, Silvia Elsih Maser.

Berikut wawancara lengkap yang dipandu Pemimpin Redaksi Tribun Pekanbaru, Erwin Ardan: 

Tribun (T) : Saat ini ramai berita peningkatan penyakit campak di Kota Pekanbaru, seperti apa kondisinya sekarang ?

S (Silvia Elsih Maser) : Sebenarnya dari pengamatan kita,  ada peningkatan kasus campak, dimulai peningkatan pada Agustus hingga Oktober. Kasusnya mencapai 627 kasus campak, bahkan satu orang di antaranya meninggal dunia.

Campak tidak bisa kita abaikan, bahkan di luar daerah cukup banyak kasus campak. Kebanyakan penularan terjadi di sekolah. Baik dari PAUD hingga SD. Mereka popuas rentan tertular campak.

T : Apa kondisinya sudah mememuhi syarat KLB apa belum ?

S : Kalau sesuai Permenkes, kejadian luar biasa terjadi peningkatan kasus, atau awalnya tidak ada kasus sekarang ada kasus. Atau sebelumya tidak ada kasus kematian, tapi sekarang ada kematian.

Sebenarnya dengan indikator itu, kita melihat Kota Pekanbaru sudah masuk kejadian luar biasa. Apalagi sifat virus campak mudah menular, grafiknya juga terus meningkat.

T : Campak itu sebenarnya seperti apa ?

S : Campak itu akibat virus morbili, yang dapat menular melalui percikan udara. Mereka seperti virus yang beterbangan di udara, lalu kita bisa kena. Atau benda yagg terpapar, lalu masuk ke saluran pernafasan, maka bisa menular.

Gejala awalnya demam, tiga hingga empat hari. Setelah itu muncul ruam merah tidak berair. Itu sudah masuk fase penularan, sehingga saat itu harus isolasi di rumah.

Kalau kita kerja, juga jangan kerja ya di rumah. Kalau sudah muncul gejala pada fase penularan, itu jangan keluar rumah. Banyak dari kita tidak menyadari hal itu. Mereka menganggap sepele, seolah kena panas saja, lalu masuk sekolah.

Anak-anak tanpa kita sadari menularkan campak ke teman-temannya lewat interaksi dan sentuhan di sekolah. Itu sangat cepat penularannya, dari satu kelas sebanyak 30 siswa, bisa 17 yang kena campak ketika berinteraksi dalam fase penularan ini.

T : Memang lebih mudah menular ke anak-anak dibanding dewasa ?

S : Karena daya tahan tubuh anak-anak lebih rentan, tapi ada juga kasus dewasa. Bahkan ada juga lansia karena kondisinya berkurang ketahanan tubuhnya.

Anak-anak banyak terkena campak karena populasinya terkonsentrasi sehingga lebih rentan.

Sedangkan kalau orang dewasa, tentu punya daya tubuh lebih baik dan punya kekebalan, terutama yang pernah dapat vaksin.

T : Ini kan ada peningkatan, tadi disebut ada peningkatan. Apa penyebabnya ?

S : Ini adalah akumulasi sekelompok orang yang tidak punya daya tahan tubuh yang baik terhadap campak. Misalnya kita lihat, pada tahun 2020 sempat ada Pandemi Covid 19. Tapi daya tahan tubuh anak-anak kita kurang,

Ada tiga dosis pemberian imunisasi campak, pertama umur 9 bulan. Setelah itu umur 18 bulan, setelah itu kelas satu SD. Pemberian imunisasi ini diharapkan kekebalan tubuh melindungi dia dari campak seumur hidup.

Kalau dia sakit, dampaknya ringan, dibanding orang yang sama sekali belum dapat imunisasi.

T : Kan ada lonjakan kasus campak, apa karena yang dapat imunisasi menurun ?

S : Kita menyadari jumlah anak yang mendapat imunisasi campak cendrung menurun pasca Pandemi Covid-19. Kita berupaya agar ada kekebalan kelompok, caranya dengan jangkauan imunisasi mencapai 95 persen.

Kalau punya anak 100 orang, maka 90 orang harus mendapat suntikan imunisasi, agar kebal dari penyakit campak. Ketika jumlah yang mendapat imunisasi menurun, maka jumlah anak yang kebal campak pun berkurang.

Ketika yang mendapat imunisasi menurun, maka virus makin meningkatkan kemampuannya.

T : Apa yang dilakukan pemerintah ketika kondisinya KLB ?

S : Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru sudah melakukan kajian epidemiologi, kita investigasi penularan. Kita telusuri, apa yang tertular pernah divaksin apa belum.

Pasien campak mesti mendapat vitamin A, agar matanha tidak buta. Terutama ketika ada merah merah saat campak di mata. Kita pastikan di Kota Pekanbaru, seluruh anak-anak maupun orang dewasa mesti dapat vitamin A

Kemudian pasien campak mendapat perawatan yang memadai. Mereka yang kena campak harus isolasi di rumah, agar tidak menularkan ke orang lain.

Lalu kita meningkatkan kewaspadaan terhadap campak, sudah kita sampaikan ke rumah sakit, klinik dan puskesmas.

Kemudian, semua kasus campak harus terlaporkan semuanya. Jangan sampai ada yang tidak terlaporkan. Kita juga lihat seberapa banyak anak yang rentang terkena campak hingga menemukan kasus baru.

T : Satu pencegahan campak dengan imunisasi, bisa dijelaskan ?

S : Campak bisa dijelaskan lewat imunisasi. Banyak penyakit bisa dicegah dengan imunisasi. Selain campak, ada juga rubela. Yang bisa dicegah lewat imunisasi.

Penularannya hampir mirip dengan penularan campak. Imunisasi campak dan rubela juga sudah disatukan.

Kita menyadari angka imunisasi rendah, imunisasi lengkap saja cuma 60 persen. Itu terbilang rendah, karena targetnya bisa 95 persen. Kondisi itu mempelihatkan bahwa ada 40 persen balita kita dalam kondisi rentan.

Kita gelar sepekan imunisasi, lalu dilanjutkan hingga 10 November untuk sweeping imunisasi. Masyarakat mesti memanfatkan momen ini agar anak-anak bisa kebal dari penyakit.

T : Ada imbauan untuk warga Kota Pekanbaru kepada masyarakat dengan kondisi campak saat ini?

S : Kita mengimbau kepada masyarakat Pekanbaru, yang punya anak balita dan anak sekolah, bisa melengkapi imunisasi. Bisa datang ke sekolah atau posyandu, untuk memberi imunisasi menyeluruh ke masyarakat. Ini cara kita mencegah penyakit campak.

Kemudian jaga kesehatan, makan makanannya dengan gizi seimbang. Jangan mudah termakan hoaks. (tribunpekanbaru.com/Fernando Sikumbang) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved