Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Citizens Journalism

Kolaborasi "Pacu Jalur" Memacu Laju Pendidikan Riau

Kualitas pendidikan di Provinsi Riau belum sepenuhnya merata. Tanoto Foundation ambil bagian bersama segenap stake holder berusaha mewujudkannya.

Editor: FebriHendra
Foto/Istimewa
Satri Siswanto (System Strengthening Unit Tanoto Foundation) 

Tingkat tertinggi dari indeks ini adalah Tuntas Utama dan Tuntas Paripurna.

Hal itu juga tak lepas dari buruknya Angka Partisipasi Sekolah (APS) di empat wilayah tersebut. 

APS untuk anak usia 5–6 tahun berada pada kategori “kurang”, sementara APS usia 7–18 tahun tergolong
“rendah”.

Artinya, masih banyak anak usia sekolah dasar dan menengah yang belum mendapatkan akses pendidikan secara penuh.

Masalah ini merupakan problem utama pendidikan di Provinsi Riau di mana angka putus sekolah relatif tinggi. 

Di sejumlah wilayah, para siswa hanya menempuh 7 dari 9 tahun wajib belajar di jenjang dasar dan menengah.

Jika ditilik lebih dalam lagi, persoalan pendidikan di Riau juga terkait partisipasi anak usia dini di
sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) yang belum optimal. 

Kondisi ini berdampak pada kesiapan anak memasuki SD, termasuk dalam menguasai kemampuan-kemampuan dasar seperti numerasi dan literasi.

Rendahnya partisipasi sekolah anak-anak di Riau berakar dari sejumlah masalah. Akses pendidikan yang tak merata menjadi alasan pertama. 

Tak sedikit anak yang tinggal di daerah pedalaman, pesisir, atau berasal dari keluarga kurang mampu belum terjangkau oleh layanan pendidikan baik formal maupun non-formal.

Tak sedikit dari mereka yang mengalami putus sekolah. Pada 2023, sebanyak 1.096 siswa SD di Riau terdata tak melanjutkan pendidikan, sementara pada 2024 jumlahnya mencapai 955 anak. 

Di Pekanbaru saja, pada 2025 ini terjaring 1.778 anak putus sekolah yang didorong untuk kembali ke bangku pendidikan.

Kualitas pembelajaran, terutama di bidang numerasi, menghadapi problem serupa. Kemampuan numerasi ini menjadi tantangan tersendiri karena guru-guru setempat belum cukup mampu mengembangkan konsep pembelajaran matematika yang mendalam dan aplikatif.

Kualitas guru ini menjadi akar masalah selanjutnya di mana para pengajar masih memiliki kapasitas yang terbatas: Di daerah pinggiran, guru belum memperoleh pelatihan intensif atau pendampingan rutin terkait strategi pembelajaran inovatif.

Adapun menyangkut PAUD, belum dikembangkan standar kualitas yang mampu menghasilkan pendidikan anak usia dini yang mumpuni. 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Bijak Menyikapi Izin ke Luar Negeri

 

Antara TPP Pejabat dan Derita Rakyat

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved