Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Serangan Gajah Liar di Riau

Malam Menegangkan di Perlintasan Gajah di Pekanbaru, Anto Minta Datuk Tak Mengganggu

Gajah dianggap sebagai makhluk yang dihormati dan memiliki hubungan historis dengan masyarakat setempat. 

|
Penulis: Budi Rahmat | Editor: Ariestia
Tribunpekanbaru.com/Budi Rahmat
PERLINTASAN - Perlintasan gajah di RT 02, RW 002 Kelurahan Rantau Panjang, Kecamatan Rumbai Barat, Pekanbaru. Jarak lokasi ini sekira 100 meter dari rumah Citra bocah 8 tahun yang diamuk gajah 

Ringkasan Berita:
  • Perlintasan gajah liar berada dekat permukiman warga di Rumbai Barat.
  • Warga menyapa gajah dengan sebutan “Datuk/Atuk” sebagai bentuk penghormatan untuk menghindari konflik.
  • Warga berharap pemerintah dan BBKSDA memberi solusi agar aman tinggal di jalur lintasan gajah.

 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Ketua RT 02, RW 002 Kelurahan Rantau Panjang, Kecamatan Rumbai Barat, Pekanbaru, Slamet Riyanto yang akrab disapa Anto mengajak Tribunpekanbaru.com, ke lokasi perlintasan gajah liar di lokasi perkebunan kelapa sawit

Pertemuan Tribunpekanbaru.com dengan Anto memang disengaja pada Senin (3/11/2025) atau satu hari pasca Citra dinyatakan meninggal dunia, Sabtu (1/11/2025.

Citra diamuk gajah pada Kamis (30/10/2025) subuh sekitar pukul 04.30 WIB lalu.

Perlintasan gajah itu berjarak sekira 100 meter dari kediaman Ezra Citra Juniani Purba.

Lokasi perlintasan itu seperti ada jalan tanah. 

Baca juga: Suara Gajah Terdengar Sedih Seusai Amuk Bocah Citra di Kebun Sawit Pekanbaru

Baca juga: Interaksi Negatif Gajah dan Manusia di Riau, Kehilangan Habitat Jadi Penyebab Utama

Pada bagian jalan yang dilintasi sudah dipastikan tak ada tanaman sawit.

Dari cerita Anto, karena sudah menjadi kepastian gajah melintas di wilayahnya, Anto mengatakan ia dan warga akan senantiasa waspada.

Menurutnya, usaha yang dilakukan menghalau gajah ketika mereka melintas.

"Gajah-gajah itu tidak bisa diusir. Saat mereka bergerak berjalan, saat itu kami akan mempercepat langkah gajah agar meninggalkan lokasi.

"Kami dengar sudah ada suara petasan dari hulu. Jadi kami akan waspada. Biasanya saya akan ingatkan warga yang rumahnya dekat dengan pelintasan untuk mengungsi," ujar Anto.

Dan ada kebiasaan turun temurun ketika Anto dan warga lain berkomunikasi dengan gajah-gajah tersebut.

Menyapa dengan sebutan Datuk dan kemudian meminta agar tidak mengganggu.

"Kami melihat gajah-gajah itu melintas. Ia masuk ke rimbunnya kebun sawit. Nah, saat itulah kami akan berkomunikasi dengan memanggil gajah itu dengan sebutan Datuk.

"Tuk jangan ganggu. Kami hanya mencari makan," terang Anto.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved