Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Lingkar Kehidupan di Sudut Kota Dumai: Ketika Sampah,Ternak, dan Tanaman Hidup Saling Menghidupi

Dua hektare lahan yang dulu tidak produktif kini bertransformasi menjadi paru-paru hijau dan sumber pangan. 

Penulis: Donny Kusuma Putra | Editor: Sesri
FOTO/DOK
Ketua Kelompok Tani Tuah Jaya Suhardi sedang memanen cabe bersama perwira PT KPI RU II Dumai 

Semua fasilitas ini dimanfaatkan untuk membangun ekosistem pertanian-peternakan terintegrasi.

Seiring hari berjalan, anggota kelompok bergerak dengan ritme yang nyaris simfoni. 

Anak-anak membantu mengumpulkan daun kering, para ibu menata hasil panen, sementara para pria menyiapkan lahan untuk penanaman selanjutnya. Suara cangkul, gembor, dan alat pertanian menciptakan harmoni yang unik—antara manusia dan tanah.

Dampak kegiatan mereka nyata. Lingkungan menjadi lebih hijau, kualitas udara membaik, jejak karbon menurun karena produksi pangan dilakukan di dalam kota. 

Dua hektare lahan yang dulu tidak produktif kini bertransformasi menjadi paru-paru hijau dan sumber pangan. 

Sampah rumah tangga Warga RT 03 sekitar 300 kg sampai 500 kg  per hari berhasil diolah menjadi bahan organik ramah lingkungan, sekaligus sebagai bahan utama makan Maggot.

Ekonomi juga terdampak positif. Hasil budidaya cabai dan terong meningkatkan pendapatan kelompok mulai Rp 8.500.000 hingga Rp12 juta per bulan, belum termasuk penjualan Maggot dan Sapi.

Penjualan maggot menjadi inovasi ekonomi sirkular dengan harga Rp 6.000 per kilogram, dimana Tuah Jaya mampu memproduksi sampai 600 kg maggot setiap bulan, Pendapatan ini bukan hanya angka, tetapi simbol keberdayaan dan pemanfaatan sumber daya lokal.

Namun, inti dari Tuah Jaya bukan sekadar angka. Nilai kebersamaan dan solidaritas lebih berharga. Anggota dari berbagai generasi bekerja berdampingan, saling mengajar, saling belajar. 

Ketua mengajarkan teknik tradisional, sementara anggota  membawa inovasi dan energi baru. Interaksi ini menciptakan ikatan sosial yang kuat, membuat pekerjaan keras terasa ringan.

Suhardi sering merenung sendiri di tengah lahan. Ia mengenang awal terbentuknya kelompok, ketika banyak kegagalan terjadi: gagal panen, kekurangan air, serangan hama, atau kekhawatiran finansial. 

Semua masalah itu menjadi pelajaran. Dari kegagalan itu muncul solusi inovatif, pembuatan pupuk organik, eco-enzym, rumah maggot, dan irigasi drip. Setiap tantangan menjadi bahan bakar semangat untuk terus maju.

Dalam proses yang panjang, kelompok Tuah Jaya menunjukkan bahwa keberhasilan datang dari kerja keras, kesabaran, inovasi, dan kerjasama.

Sistem semi-modern yang diterapkan menunjukkan bahwa teknologi dan tradisi dapat berjalan berdampingan, menciptakan ekosistem yang produktif dan berkelanjutan.

Pada suatu sore, ketika langit mulai jingga, embun kembali menempel di daun-daun. Suhardi dan anggota kelompok menatap hasil  panen hari itu dengan rasa puas, karena lebih dari 1 Ton panen cabe terjual, ditambah 850 kg Jagung pun ikut dibawa ke gudang badan urusan logistik (Bulog) Kota Dumai.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved