Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Menjaga Napas Bakau di Antara Riuh Angin Selat Rupat

Bandar Bakau bukan sekadar bentang alam. Ia adalah "tameng hidup"  yang melindungi Dumai dari abrasi laut yang setiap tahun

Penulis: Donny Kusuma Putra | Editor: Sesri
Tribunpekanbaru.com/Donny Putra
Darwis M. Saleh saat berada di sekitar bandar Bakau di Dumai 

Seiring dukungan itu, Bandar Bakau kini menjelma menjadi kawasan ecoeduwisata tempat belajar sekaligus wisata. Setiap minggu dan bulan, rombongan pelajar datang untuk mengenal ekosistem pesisir, menanam bibit mangrove, dan memahami pentingnya konservasi.

"Anak-anak sekarang bisa belajar langsung dari alam. Mereka tahu kenapa bakau harus dijaga, bukan hanya karena indah, tapi karena ia pelindung," ujar Atuk Wis

Kini wajah Bandar Bakau berubah. Jalur beton menggantikan papan-papan rapuh. Di panggung teater, anak-anak muda sering tampil membawakan puisi bertema alam. Di kios kecil, ibu-ibu menjual minuman dingin dan cendera mata.

Selain wisatawan lokal, Bandar Bakau juga kerap dikunjungi mahasiswa, peneliti, hingga turis mancanegara. Mereka datang meneliti ekosistem bakau atau sekadar menikmati senja di antara akar dan lumpur yang sunyi.

Kelompok Pecinta Alam Bahari yang dibina Atuk Wis kini berkembang menjadi beberapa subkelompok, Kelompok tani hutan yang fokus pada pembibitan, Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) untuk promosi wisata, serta  UMKM dan kelompok usaha bersama yang membuat produk kuliner dan batik mangrove.

Setiap tiga bulan, mereka rutin melakukan penanaman mangrove baru. Hingga kini, sekitar 50.000 pohon  telah ditanam di pesisir Dumai.

"Menanam bakau itu seperti menanam masa depan, Mungkin saya tak sempat melihat hasilnya seratus tahun lagi, tapi anak cucu kami akan merasakannya," lirihnya ‎

Kolaborasi PHR dengan masyarakat Dumai menjadi contoh nyata bahwa pelestarian lingkungan bisa sejalan dengan pemberdayaan ekonomi. Dari bakau, tumbuh wisata dari wisata, tumbuh kehidupan baru.

Sr Officer Media Relation Zona Rokan Victorio Chatra Primantara mengaku kolaborasi antara PHR dan pencinta Alam ini adalah wujud nyata penerapan pola pentahelix sinergi antara perusahaan, akademisi, pemerintah, komunitas, dan media.

"Kami ingin ekosistem mangrove ini menjadi warisan bagi generasi mendatang. Bukan hanya lestari, tapi juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat," ujar Victorio

Victorio menegaskan, PHR akan terus berkomitmen menjalankan program TJSL di bidang lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pihaknya  ingin menjaga alam, sekaligus menumbuhkan nilai kemanusiaan di dalamnya.

‎"Kami akan tetap akan berkolaborasi untuk menjaga Kota Dumai dari Abrasi, melalui tanaman Bakau sebagai benteng terakhir melawan serangan ombak selat rupat," tegas Victorio

‎Perhatian juga datang dari Wali Kota Dumai, Paisal memberikan apresiasi tinggi terhadap dedikasi Atuk Wis dan kerja sama PHR dalam menjaga keberlanjutan lingkungan pesisir. 

Menurutnya, sosok seperti Atuk Wis adalah contoh nyata bagaimana kepedulian masyarakat bisa menjadi kekuatan utama dalam pelestarian alam.

"Kami bangga Dumai memiliki figur seperti Atuk Wis, seorang pencinta alam sejati yang konsisten menjaga hutan bakau. Beliau bukan hanya pelestari lingkungan, tapi juga penggerak edukasi bagi generasi muda," ujar Paisal.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved