Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

'The Margin of Our Land' ISI Padang Panjang akan Tampil di Idrus Tintin Pekanbaru, Begini Kisahnya

Pagelaran The Margin of Our Land digelar mulai pukul 20.00 WIB, gratis, Sabtu (28/10/2017) di Gedung Pertunjukan Idrus Tintin Pekanbaru

Editor: harismanto
Foto/Istimewa
Latihan jelang pementasan The Margin of Our Land, sebuah karya tari-teater kontemporer, besok malam, Sabtu (28/10/2017) di Gedung Pertunjukan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Lima kreator seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, akan mementaskan The Margin of Our Land, sebuah karya tari-teater kontemporer, besok malam, Sabtu (28/10/2017) di Gedung Pertunjukan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau.

Kelima kreator itu ialah Ali Sukri untuk koreografi, Kurniasih Zaitun (penyutradaraan), Sahrul N (dramaturg), Elizar (musik), dan Yusril Katil sebagai skenografer.

Pertunjukan tari-teater The Margin of Our Land merupakan hasil dari dari penelitian, penciptaan, dan penyajian seni yang menceritak tentang tanah pusaka (ulayat) atau ganggam bauntuak di Minangkabau.

“Penciptaan seni yang berbentuk dance theatre berangkat dari kondisi sosial budaya Minangkabau tentang tanah ulayat atau ganggam bauntuak yang kerap bermasalah. Kami mennyajikannya dalam bentuk pertunjukan seni di atas panggung dengan mengelaborasikan tari-teater-musik. Karya ini berangkat dari riset dan penelitian,” kata Sahrul N, Ketua Tim Penelitian, Penciptaan, dan Penyajian Seni ini, Jumat (27/10/2017) di Pekanbaru.

Menurutnya, dasar penciptaan seni yang berbentuk dance theatre ini mencoba memaksimalkan potensi seni tradisi Minangkabau yang diolah menjadi bentuk kekinian (modern dan kontemporer).

Pertunjukan The Margin of Our Land di Gedung Idrus Tintin Pekanbaru ini merupakan yang episode pertama dengan tema tanah ulayat. Episode kedua mengangkat soal reklamasi, dan ketiga tentang garis batas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca: Lagi Heboh, Muhamad Cindra Nikahi 2 Wanita Sekaligus, Bulan Madunya Bareng Nggak Ya?

Baca: Link Live Streaming Timnas Futsal Indonesia Vs Brunei, Bersiap Pesta Gol Sore Ini

Baca: Inilah Tengkorak Paling Tua yang Diduga Milik Korban Bencana Tsunami

"The Margin of Our Land dikesankan sebagai trilogi karya seni tari-teater dengan masing-masing tema berbeda tapi tetap dalam kerangka problem tanah dan penghuninya,” tambah Sahrul, yang juga seorang peneliti teater ini.

Ali Sukri, salah seorang koreografer dalam garapan ini, mengatakan, pertunjukan tari-teater The Margin of Our Land merepresentasikan karya seni kontemporer dengan basis idiom garak-garik dan simbol dalam seni tradisi dan musik Minang dengan tafsir dan pemahaman dalam konteks kekinian.

“Titik inspirasi The Margin of Our Land ialah tradisi silek tuo Minang dan seni ulu ambek yang hidup di Padang Pariaman hingga kini,” kata Ali Sukri.

“Pun musik tradisi Minang, sebagai pendukung utama The Margin of Our Land diberi makna baru dengan memadukan teknologi saat ini,” tambah Elizar yang akrab disapa Aku ini.

Menurutnya, dalam The Margin of Our Land ini musik yang dimunculkan bukan nada-nada yang manis dan tertata, tapi penekanannya lebih kepada musik eksperimentatif.

Terkait dengan teater dan keaktoran laku pemain, menurut Kurniasih Zaitun atau Tintun, karya The Margin of Our Land mengangkat konflik klasik yang kerap terjadi di ranah Minang, yaitu soal tanah ulayat (ganggam bauntuak).

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved