TRIBUN WIKI

MANISAN Khas Melayu, Dihidangkan untuk Para Raja hingga Berkhasiat Memperkuat Persendian dan Lutut

Manisan khas melayu, dihidangkan untuk para raja hingga berkhasiat memperkuat persendian dan lutut, dua di antaranya manisan kolang kaling

Penulis: Fernando Sihombing | Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/Fernando Sihombing/Instagram.com/@herlinkenza/Kolase/Nolpitos Hendri
Manisan Khas Melayu, Dihidangkan untuk Para Raja hingga Berkasiat Memperkuat Persendian dan Lutut 

Manisan Khas Melayu, Dihidangkan untuk Para Raja hingga Berkhasiat Memperkuat Persendian dan Lutut

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Manisan khas melayu, dihidangkan untuk para raja hingga berkhasiat memperkuat persendian dan lutut, dua di antaranya manisan kolang kaling dan manisan pepaya.

Manisan khas Melayu dahulu dihidangkan untuk para Raja dan saat acara kerajaan, dua di antaranya manisan pepaya dan manisan kolang kaling.

Baca: STORY - Kisah Dokter Cantik Asal Riau, Banyak Mama yang Curhat hingga Abdikan Diri untuk Kemanusiaan

Baca: SINOPSIS Film Rambo 5 Last Blood, Sylvester Stallone akan Sampaikan Perpisahan, Ini Jadwal Tayangnya

Baca: FEATURE - SENSASI Memancing di Riau, Strike Ikan Toman di Sungai Gulamo dan Danau PLTA Koto Panjang

Manisan Pepaya dalam Bahasa Melayu dinamakan Alue Betik, meski diolah secara tradisional, manisan ini tampil elegan.

Teksturnya transparan seperti kristal, rasanya juga manis alami, lembut diemut atau digigit..

Pembuatannya melalui proses yang panjang dan lama.

Seorang pengusaha kuliner di Pekanbaru, Sri Yanti Razak ahli membuat manisan ini.

Dulunya, Yanti lewat usahanya Lamita Catering di Jalan Kembang Harapan, Sail, Pekanbaru, hanya menerima pesanan Manisan Pepaya untuk acara formal di pemerintahan dan pesta pernikahan.

Namun kini, ia menyediakan untuk cemilan dikonsumsi sehari-hari.

Wanita 56 tahun ini membentuk manisan lebih menarik menyerupai Bunga Ros, Bunga Cempaka dan Bunga Aster.

Manisan Khas Melayu, Dihidangkan untuk Para Raja hingga Berkasiat Memperkuat Persendian dan Lutut
Manisan Khas Melayu, Dihidangkan untuk Para Raja hingga Berkhasiat Memperkuat Persendian dan Lutut (Tribun Pekanbaru/Fernando Sihombing)

Pepaya dipotong pipih, agar mudah dirangkan membentuk bunga.

Ada juga bermotif Bunga Lili yang dibentuk dengan cara ukir.

Manisan Pepaya dibentuk seperti bonggolan.

Lalu bonggol Pepaya dilukis.

Ternyata ada maksud di balik bentuk bunga manisan tersebut.

Baca: Nama SANDIAGA UNO Mencuat sebagai Kandidat Ketua Umum PAN, Tokoh PAN Riau Dukung Sosok Ini

Baca: Wakil Rakyat Usulkan Rumah Penerima PKH Tempelkan Plang Bertuliskan KELUARGA SANGAT MISKIN

Baca: RUTE Bus Transmetro Pekanbaru yang Baru ke UIN Suska Riau dan Lintasi Jembatan Siak IV ke Unilak

Ini mempengaruhi cara memakannya.

"Kalau yang bentuk Ros atau Cempaka, tinggal diambil satu-satu kepingan bunganya. Lebih mudah diemut. Tapi kalau yang bonggolan, harus digigit," jelas Yanti yang juga Sekretaris DPD Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI) Provinsi Riau ini.

Ia tidak membuang kulit Pepaya. Kulitnya bisa ia bentuk menyerupai daun sehingga saat dihidangkan, ada bunga lengkap dengan daunnya berwarna hijau.

Menurut dia, membuat Manisan Pepaya butuh kesabaran.‎

"Pembuatannya gampang-gampang susah. Bisa sampai dua minggu. Jadi harus telaten," ungkap Yanti, Rabu (28/8/2019).

Ia memilih buah Pepaya Hawai yang mengkal agak memerah, jangan  terlalu matang.

Bentuk Buah Pepaya tergantung motif manisan yang akan dibuat.

Bentuknya bulat cocok untuk Bunga Ros dan Cempaka.

Sedangkan yang panjang cocok untuk motif Bunga Lili.

Manisan Khas Melayu, Dihidangkan untuk Para Raja hingga Berkasiat Memperkuat Persendian dan Lutut
Manisan Khas Melayu, Dihidangkan untuk Para Raja hingga Berkhasiat Memperkuat Persendian dan Lutut (Tribun Pekanbaru/Fernando Sihombing)

"Buah Pepaya dipotong sesuai bentuk untuk motif yang mau dibuat," kata Yanti. Ia mengemukakan, getah Pepaya sangat tajam. Maka sebaiknya mengenakan sarung tangan dari plastik.

Buah Pepaya yang telah dipotong-potong, kemudian direndam dengan dengan Air Kapur campur Sirih.

Lalu, buang air Kapur, bilas Buah Pepaya, masukkan ke air mendidih sebentar dan tiriskan.

Baca: Vonis HUKUMAN MATI Terhadap Terdakwa Narkoba di Riau, Kriminolog: Diberikan untuk Memberi Efek Jera

Baca: Sandiaga Uno, Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo Kandidat Ketua Umum PAN, Ini Kata DPW PAN Riau

Baca: STORY - KISAH Terpidana Narkoba di Riau, Anak Yatim dan Jadi Tulang Punggung hingga Divonis 17 Tahun

Kemudian ke tahap pemanisan.

Yanti menjelaskan, pertama air direbus dan ditambah gula.

Potongan Pepaya tadi rendam satu malam di dalam air gula.

Proses pemanisan sampai 10 hari.

"Pepaya dan gula baru mulai mengikat di hari kedelapan. Hari ke 9 sampai 10, mulai mengkristal. Dua minggu baru cantik," jelas Yanti.

Menurut Yanti, manisan Pepaya sebaiknya dihidangkan dalam keadaan lembab.

Ia tidak memakai zat kimia karena akan merusak tekstur manisan sehingga sehat dikonsumsi dan agak renyah.

Manisan dia jual dengan harga sangat terjangkau yakni hanya Rp. 80 ribu per kilogram.

Manisan Khas Melayu, Dihidangkan untuk Para Raja hingga Berkasiat Memperkuat Persendian dan Lutut
Manisan Khas Melayu, Dihidangkan untuk Para Raja hingga Berkhasiat Memperkuat Persendian dan Lutut (Tribun Pekanbaru/Fernando Sihombing)

"Tahan bisa sampai 6 bulan disimpan dalam Kulkas. Makin lama, makin cantik dia," kata Yanti.

Manisan Pepaya berkhasiat memperlancar pencernaan dan menambah stamina.

Manisan Kolang-kaling Berkhasiat Memperkuat Persendian dan Lutut

Manisan khas Melayu lainnya dari buah Kolang-kaling.

Bahasa Melayu dinamakan Alue Kabung.

Baca: WOW, Sebanyak 1.3 Juta Kendaraan di Riau Tidak Bayar Pajak, Pemerintah Kehilangan Ratusan Miliar

Baca: Sempat BERMESRAAN dengan Istri, Suci Dijatuhi HUKUMAN MATI, Sidang Putusan Terdakwa Narkoba di Riau

Baca: TIGA Terdakwa Narkoba di Riau Divonis HUKUMAN MATI, Pengacara Terdakwa Ajukan Banding, Ini Kasusnya

Manisan Kolang-kaling tersedia dalam bermacam warna.

Merah sampai putih.

"Kalau Melayu khasnya warna Merah dan Bening.

Ada yang maunya warna lain, bisa juga," kata Yanti.

Ia memilih Kolang-kaling yang berasal dari Sumatera Utara karena lebih lembut dan agak renyah.

Kolang-kaling yang bentuknya bulat dan kecil, sulit dibuat seperti Manisan Pepaya.

Namun dengan warna yang variatif, Manisan Kolang-kaling bisa dirangkai menjadi berbagai motif.

"Bisa dibuat seperti sayap Burung Merak. Kombinasi ungu dan putih. Dirangkai dengan tusuk lidi," kata Yanti memberi contoh.

Pembuatan Manisan Kolang-kaling lebih sederhana.

Sebab tidak perlu dipotong-potong untuk membentuk motif yang diinginkan.

Jika tetap ingin membentuk motif tertentu, perlu ketelitian ekstra dan memakan waktu sangat lama.

"Pembuatannya (Manisan Kolang-kaling) juga bisa sampai dua minggu," ungkap Yanti.

Buah Kolang-kaling pertama sekali harus diawali proses untuk menghilangkan rasa asam dan lendir.

Baca: Jumlah Peserta BPJS Kesehatan di Riau Capai 4.5 Juta, Pemprov Riau Belum Bantu Iuran Warga Miskin

Baca: 53 Pengusaha MINUMAN BERALKOHOL di Pekanbaru, Ada yang Enggan Lapor Hasil Penjualan ke Disperindag

Baca: Pemkab di Riau Cairkan Dana Rp 318.675.000 untuk Uang Jasa Pengabdian Wakil Rakyat, Ini Rinciannya

Proses ini bisa memakan waktu sampai lima hari.

Setelah itu, barulah dilanjutkan ke tahap pemanisan yakni, merendam Kolang-kaling dengan air rebusan ditambah gula.

Perendaman dengan air rebusan yang ditambah gula juga memakan waktu lima hari.

Lalu dilanjutkan dengan proses pewarnaan.

"Manisan Kolang-kaling sangat lembut. Rasa asamnya harus sama sekali hilang," kata Yanti.

Ketahanan Manisan Kolang-kaling sama denga Pepaya.

Manisan Kolang-kaling berkhasiat memperkuat persendian dan lutut.

Yanti menjualnya hanya Rp. 80 ribu per kilogram.

Manisan Khas Melayu, Dihidangkan untuk Para Raja hingga Berkhasiat Memperkuat Persendian dan Lutut. (Tribunpekanbaru.com/Fernando Sihombing)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved