Susul 3 Negara Asia Lainnya, Filipina Resmi Umumkan Resesi Saat Corona Ini, Indonesia Ikut Terimbas?
Resesi yang dialami Filipina terjadi di tengah lonjakan kasus infeksi baru dan penerapan kembali penguncian atau lockdown.
Indeks saham utama Filipina menunjukkan sedikit reaksi terhadap data tersebut, sedangkan Peso berada pada level 49.074 per dollar AS.
Ekspor negara juga mengalami penurunan tahunan dua digit dari Maret hingga Juni karena penguncian membatasi produksi dan mengganggu rantai pasokan.
• Babak Belur Dihantam Virus Corona, Ekonomi Singapura Alami Resesi Lebih Dalam dari Perkiraan
Bloomberg, Kamis (6/8/2020), memberitakan, anggota parlemen saat ini masih mempertimbangkan rencana pemotongan pajak penghasilan demi mendukung keluarga dan bisnis yang terpukul.
Jumlah dukungan yang telah diusulkan Senat sebesar 2,9 miliar dollar AS, jauh lebih sedikit dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
"Ini kemungkinan akan menjadi kontraksi ekonomi terburuk di seluruh kawasan dan harus menjadi peringatan besar bagi otoritas fiskal bahwa paket dukungan perlu segera diimplementasikan dengan ukuran yang lebih sebanding dengan apa yang kita lihat di negara lain," Kata Euben Paracuelles, ekonom di Nomura Holdings Plc.
Indonesia Juga Terancam Resesi?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 tercatat negatif 5,32 persen. Hal ini menempatkan Indonesia di ambang resesi, setelah pada kuartal sebelumnya juga mengalami kontraksi.
Ekonom menilai pemerintah perlu meninjau kembali kebijakan-kebijakan pemulihan ekonomi, menjadi lebih mengarah langsung pada peningkatan konsumsi masayarakat. Sehingga indikator konsumsi rumah tangga bisa tergenjot.
Pandemi Covid-19 memang melumpuhkan perekonomian, seiring dengan adanya kebijakan PSBB dan kewaspadaan masyarakat untuk menjaga jarak guna mencegah penularan virus. Alhasil, kondisi ini menekan daya beli masyarakat, karena imbas pemotongan gaji dan PHK.
• Ekonomi Singapura dan Jepang Hancur Berantakan Akibat Covid-19, Cochrane: Jepang Masuk Jurang Resesi
Dalam hal ini, belanja pemerintah memiliki peran sangat penting untuk menopang perekonomian. Sayangnya, di kuartal II-2020 pertumbuhan belanja pemerintah malah minus 6,90 persen, lebih rendah dari penurunan konsumsi rumah tangga yang sebesar 5,51 persen.
"Kalau lihat kuartal kedua, ini cukup aneh, masak pertumbuhan belanja pemerintah bisa lebih rendah dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Padahal harapannya ada di belanja pemerintah untuk dorong perekonomian," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada Kompas.com, Kamis (6/8/2020).
Menurut dia, serapan belanja pemerintah di kuartal II-2020, menjadi catatan yang cukup serius karena malah tertahan di tengah kondisi ekonomi yang melemah. Jika terus berlanjut, ini akan memperdalam kejatuhan ekonomi Indonesia.
Oleh sebab itu, Bhima menilai, pemerintah perlu membuat terobosan kebijakan dengan merombak seluruh stimulus ekonomi yang ada saat ini. Menjadi lebih berfokus pada menjaga daya beli masyarakat dan pada usaha mikro, kecil, dan menengah ( UMKM).
"Sekarang terobosan yang penting adalah pemerintah merobak total seluruh stimulus ekonomi," kata dia.
• Karena Resesi Ekonomi Global, Walikota Firdaus Tak Menampik Iklim Investasi di Pekanbaru Stagnan