Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Masuk Hari ke-26, Polda Sumut Bentuk Tim Khusus Cari 3 Anak yang Hilang Misterius di Langkat

Ditreskrimum Polda Sumut kini turut mencari Yogi Tri Herlambang, Nizam Auvar, dan Alfisa Zahra yang hilang sejak Minggu (18/10/2020) lalu.

Editor: CandraDani
Tribun Medan
LAKUKAN PENCARIAN-Kapolsek Salapian Iptu Sutrison saat melakukan pencarian tiga anak hilang di Dusun Pulka, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat belum lama ini. Karena terus-terusan berada di lokasi, Sutrisno jatuh sakit.(HO) 

Ibu Alfisah Zahra sudah beberapa kali nyaris jatuh pingsan, karena terus memikirkan keberadaan anak bungsunya yang hilang.

Dikatakan Alamsyah, pikirannya juga cukup terganggu dengan kedatangan beberapa paranormal ke rumahnya.

Diceritakannya bahwa paranormal datang menyampaikan berbagai informasi yang beragam hingga membuatnya cukup terganggu secara mental.

"Banyak kali sudah paranormal yang datang denga niat mau membantu, macam-macam mereka bilang tentang keberadaan anak kami, ada yang bilang diculik, ada yang bilang disembunyikan makhluk alam gaib.

Jadi firasat saya pun sudah gak menentu, mau percaya yang mana.

Tapi sejak awal firasat saya, anak saya tersesat di alam gaib," katanya.

Sejumlah kabar dari mulut ke mulut beredar di masyarakat, bahwa kejadian misterius ini ada kaitannya dengan penggarapan lahan area sawit oleh pihak LNK.

Di mana area lahan lokasi tempat anak hilang, dalam catatan sejarah dan leluhur masyarakat merupakan lahan yang diistimewakan untuk masyarakat setempat sejak zaman kolonial Belanda.

"Sekarang lahan ini digarap LNK, kalau gak salah sejak 2010, dulu ya tanah pemerintah kami setahunya.

Dulu ini sebagian memang ada tanah yang diperuntukan ke masyarakat zaman orangtua kami dulu.

Awalnya permukiman ini di atas dekat danau itu, lama kelamaan bergeser ke mari," kata Alamsyah.

Seorang praktisi spiritual, Ki Ageng ketika diminta pandangannya mengatakan, bahwa hilangnya ketiga korban berkaitan dengan terusiknya komunitas atau kehidupan makhluk di dimensi lain, yang disebut kaum orang Bunyan.

Selain itu, ada kaitan keterusikannya orang Bunyan atas aktivitas garapan.

"Mereka orang Bunyan merasa terusik, dengan aktivitas pengarapan lahan yang sudah ada perjanjiannya.

Jadi mereka ingin memberi pesan dengan hilangnya para korban.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved