Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Ikan Mas Mati Massal di Kampar

Hasil Uji Lab Diskan Kampar, Ini Penyebab Ikan Mas Mati Massal di Waduk Koto Panjang

Hasil uji lab Diskan kampar, Ikan Mas mati massal karena bakteri Aeromonas. Ini memang musiman setiap tahun terjadi

Penulis: Fernando Sihombing | Editor: Nurul Qomariah
ISTIMEWA
Bangkai Ikan Mas yang mati massal mengambang keramba kawasan Waduk PLTA Koto Panjang Kampar, Riau. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - Dinas Perikanan Kampar menyimpulkan sementara penyebab Ikan Mas mati massal di Waduk PLTA Koto Panjang karena cuaca ekstrem.

Kepala Dinas Perikanan Kampar, Zulfahmi mengatakan, pihaknya sudah mengambil sampel dari lokasi. Lalu melakukan uji sampel di laboratorium.

"Hasil uji lab kita (Ikan Mas mati massal) karena (bakteri) Aeromonas. Ini memang musiman setiap tahun terjadi," katanya kepada Tribunpekanbaru.com , Jumat (3/2/2023).

Ia menambahkan, mati massal karena air kekurangan oksigen atau Dissolved Oxygen (DO) yang rendah.

DO pada siang hari hanya 3 ppm, sedangkan pada malam hari hanya 6 ppm.

"Setiap hari berubah. Pagi, siang, malam selalu berubah-ubah DO-nya," ungkap Zulfahmi. Kurangnya kadar oksigen dalam air dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Kadar oksigen dalam air dipengaruhi kondisi cuaca. Menurut dia, cuaca cukup ekstrem selama Desember 2022 sampai Januari 2023.

Risiko kematian paling besar pada ikan betina. Ikan betina yang akan bertelur dan ikan jantan dewasa membutuhkan oksigen lebih besar.

Sementara sebaran ikan terlalu padat dan tidak sesuai dengan luas keramba.

"Makanya saat ikan membutuhkan oksigen yang banyak, sementara oksigen dalam air rendah. Buktinya, ikan yang kecil lebih aman," jelasnya.

Ia menyebutkan, berat ikan yang mati mencapai 150 ton dengan kerugian berkisar Rp 4 miliar.

Ia mengklaim, jumlah kerugian masih lebih rendah dari kejadian pada tahun sebelumnya yang pernah mencapai Rp 7 miliar.

Menurut dia, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Riau juga telah mengambil sampel.

DKP Riau melakukan uji laboratorium terhadap sampel yang lebih komprehensif.

"Sampai hari ini, kita masih menunggu dari provinsi. Sepertinya masih diuji di laboratorium," ujarnya.

Ditanya soal langkah yang akan ditempuh, Diskan akan menggencarkan penyuluhan.

Petani keramba perlu disuluh tentang jumlah sebaran ikan yang ideal dengan ukuran Keramba Jaring Apung (KJA).

"Kita juga perlu mengingatkan agar pemanenan dilakukan sebelum musim hujan. Misalnya musim hujan itu kan di bulan Desember sampai Januari," pungkasnya.

( Tribunpekanbaru.com / Fernando Sihombing )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved