Ikan Mas Mati Massal di Kampar
Kerugian Tahun Lalu Akibat Ikan Mati Massal di Kampar Lebih Rp 7 Miliar, Kini Terulang
Ikan mati massal di keramba Waduk PLTA Koto Panjang ternyata pernah terjadi tahun lalu, bahkan kerugiannya mencapai Rp 7 miliar
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - Ikan mati massal di keramba Waduk PLTA Koto Panjang ternyata pernah terjadi tahun lalu, bahkan kerugiannya mencapai Rp 7 miliar.
Awal Februari tahun 2023 ini peristiwa ikan mati massal terulang kembali dengan kerugian sekitar Rp 4 miliar.
Uji laboratorium sudah dilakukan Dinas Perikanan Kampar.
Kesimpulan sementara penyebab Ikan Mas mati massal di karena karena (bakteri) Aeromonas yang terjadi akibat cuaca ekstrem.
Kepala Dinas Perikanan Kampar, Zulfahmi mengatakan, pihaknya sudah mengambil sampel dari lokasi. Lalu melakukan uji sampel di laboratorium.
"Hasil uji lab kita (Ikan Mas mati massal) karena (bakteri) Aeromonas. Ini memang musiman setiap tahun terjadi," katanya kepada Tribunpekanbaru.com , Jumat (3/2/2023).
Ia menambahkan, mati massal karena air kekurangan oksigen atau Dissolved Oxygen (DO) yang rendah.
DO pada siang hari hanya 3 ppm, sedangkan pada malam hari hanya 6 ppm.
"Setiap hari berubah. Pagi, siang, malam selalu berubah-ubah DO-nya," ungkap Zulfahmi. Kurangnya kadar oksigen dalam air dapat menyebabkan kematian pada ikan.
Kadar oksigen dalam air dipengaruhi kondisi cuaca. Menurut dia, cuaca cukup ekstrem selama Desember 2022 sampai Januari 2023.
Risiko kematian paling besar pada ikan betina. Ikan betina yang akan bertelur dan ikan jantan dewasa membutuhkan oksigen lebih besar.
Sementara sebaran ikan terlalu padat dan tidak sesuai dengan luas keramba.
"Makanya saat ikan membutuhkan oksigen yang banyak, sementara oksigen dalam air rendah. Buktinya, ikan yang kecil lebih aman," jelasnya.
Ia menyebutkan, berat ikan yang mati mencapai 150 ton dengan kerugian berkisar Rp 4 miliar.
Ia mengklaim, jumlah kerugian masih lebih rendah dari kejadian pada tahun sebelumnya yang pernah mencapai Rp 7 miliar.
Menurut dia, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Riau juga telah mengambil sampel.
DKP Riau melakukan uji laboratorium terhadap sampel yang lebih komprehensif.
"Sampai hari ini, kita masih menunggu dari provinsi. Sepertinya masih diuji di laboratorium," ujarnya.
Ditanya soal langkah yang akan ditempuh, Dinas Perikanan Kampar akan menggencarkan penyuluhan.
Sebelumnya, Petani keramba di Waduk PLTA Koto Panjang dirundung kerugian akibat ikan mati massal.
M. Kamil, seorang warga Desa Merangin Kecamatan Kuok, mengungkap perkiraan kerugian yang dialami petani keramba bisa mencapai miliaran Rupiah.
Menurut dia, Ikan Mas yang mati massal menyerang sekitar seratusan keramba dengan ukuran rata-rata 10x10 meter. Hasil panen tiap keramba bisa mencapai 4 ton.
"Bisa dihitung berapa banyak ikan yang mati. Bisa sampai ratusan ton," ungkap Kamil.
Kamil mengatakan, pekeramba bisa menjual Ikan Mas dengan harga terendah Rp 20.000 per kilogram.
Sehingga tiap keramba bisa menghasilkan hasil panen minimal Rp 80 juta.
"Semua siap panen. Tinggal nunggu pembeli. Kalau dihitung semua, petani keramba bisa rugi sampai miliaran," katanya.
Mata massal hanya terjadi pada Ikan Mas. Ikan Nila yang dibudidaya dalam keramba selamat.
Kamil mengatakan, mati massal terjadi di sekitar 500 meter dari Turbin Waduk PLTA Koto Panjang. Berada di wilayah Desa Merangin.
Sedangkan keramba yang jauh dari turbin tidak terjadi apa-apa.
( Tribunpekanbaru.com / Fernando Sihombing )
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/ikan-mati-massal-kja-kotopanjang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.