Edukasi dan Mitigasi, Upaya Menjaga Peradaban Gajah Sumatera di Bumi Lancang Kuning
tayangan itu menunjukkan kondisi gajah yang dijumpai tim RSF saat melakukan giat di lapangan. Bahwa terdapat gajah yang mati diracun, dijerat, cacat
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Firmauli Sihaloho
Penyebabnya beragam, mulai dari perburuan liar untuk mengambil gadingnya hingga konflik dengan petani sawit karena menganggap gajah sebagai hama.
Upaya Mitigasi RSF
Selain edukasi, RSF juga gencar melaksanakan upaya mitigasi konflik antara gajah liar dan manusia di kantong populasi di Giam Siak Kecil dan Balairaja. Seperti patroli SMART Rutin, peringatan dini (Early Warning) kepada masyarakat terdampak konflik dan pemasangan GPS Collar.
“Sejak tahun tahun 2018, kita sudah membentuk tim mitigasi konflik ini di 6 desa yang terdampak. Tim ini nantinya memberikan informasi dimana keberadaan gajah dan meyampaikan peringatan jika gajah menuju ke kebun masyarakat tersebut,” kata Zulhusni.
Dengan peringatan ini, masyarakat sudah bersiap di kebun mereka masing-masing untuk melakukan penggiringan kawanan gajah yang hendak melintas.
Seiring perkembangan zaman, RSF melirik pemasangan GPS Collar untuk upaya mitigasi konflik. Dengan berkolaborasi berbagai pihak, RSF mencatat sudah ada 7 unit GPS Collar yang dikalungkan kepada gajah yang tersebar di Riau.
GPS Collar merupakan alat untuk memantau pergerakan gajah liar. Alat ini akan memberi informasi keberadaan gajah liar sehingga konflik dengan manusia dapat dicegah sejak dini.
Sejauh ini, pemasangan GPS Collar berjalan cukup efektif mengurangi interaksi negatif satwa gajah dengan masyarakat sekitar.
Keefektifan alat ini juga terbukti pada studi bertajuk Instalasi dan Studi GPS Collar untuk Gajah Sumatera (Elephas maximus Sumateranus) di Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau, tahun 2007 dan 2009 karya Wishnu Sukmantoro.
Studi itu menjelaskan GPS Collar digunakan untuk mengetahui pola pergerakan gajah dan daerah jelajah (home range), memetakan lokasi-lokasi gajah saat pengembaraannya dan mengetahui kondisi habitat.
Sehingga alat ini mampu mendorong desain strategi pengelolaan konservasi gajah dan memitigasi konflik yang akan terjadi.
Melansir nationalgeographic.grid.id, Zulhusni menerangkan beberapa proses dalam pemasangan GPS Collar pada gajah. Tim akan melakukan identifikasi gajah yang akan dipasang GPS.
Utamanya adalah gajah betina dewasa yang menjadi pemimpin klan. Selanjutnya dilakukan pembiusan dan pemasangan GPS Collar pada gajah.
Setelah itu, tim akan terus memantau kondisi gajah hingga pulih dan kembali ke kelompoknya. Dalam pengoperasiannya, alat dengan berat sekitar 21 kilogram ini, akan memberi informasi keberadaan gajah liar melalui sinyal satelit ke receiver.
Saat gajah terdeteksi akan memasuki permukiman atau kebun, tim RSF mengirim informasi tersebut kepada warga melalui telepon atau pesan WhatsApp.
Dengan begitu, warga dapat bersiap untuk melakukan blokade atau pengusiran gajah dengan bunyi-bunyian keras.
(Tribunpekanbaru.com/Firmauli Sihaloho)
| Tinggalkan Jokowi dan Bergabung ke Prabowo, PDIP Kaitkan Manuver Budi Arie dengan Kasus Judol |
|
|---|
| Latihan Soal Deret dan Barisan Aritmatika untuk SMA dan TKA, Latihan Soal Sebagai Persiapan Ujian |
|
|---|
| UPDATE Bripda Waldi Habisi Nyawa Mantan Sang Dosen di Bungo Jambi: Polisi Singung Pelaku Lain |
|
|---|
| Kisi-Kisi TKA Matematika Wajib SMA 2025, Beberapa Topik Penting Disertai Latihan Soal |
|
|---|
| Kunci Jawaban Halaman 174 IPS Kelas 7 SMP/MTs Kurikulum Merdeka: Peran Pelaku Ekonomi Apa? |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/RSF-gelar-Conservation-Goes-to-School.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.